Dalam menghadapi krisis perubahan iklim, Wamenparekraf Angela menjelaskan Kemenparekraf telah bekerja sama dengan pelaku industri untuk memperkenalkan teknologi baru yakni aplikasi carbon footprint calculator dan offsetting untuk para wisatawan guna mewujudkan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan.
Program carbon footprint calculator (CFPC) merupakan upaya Kemenparekraf dalam melakukan pengimbangan nilai emisi yang telah dihasilkan, dengan menyerap jejak karbon demi membantu mencegah dampak buruknya pada iklim.
“Sehingga traveler bisa memilih untuk bepergian dengan lebih bertanggung jawab saat berkunjung ke Indonesia. Kami juga melakukan investasi teknologi lainnya untuk mengurangi penyebab bencana, seperti energi bersih, transportasi hijau, ekowisata, dan pengelolaan sampah,” kata Wamenparekraf.
Selain itu, Kemenparekraf juga mendorong pelaku UMKM untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi diri agar bisa masuk ke dalam ekosistem ekonomi digital.
Karena seperti yang diketahui bersama, pandemi COVID-19 membuat mobilitas masyarakat jadi terbatas, kegiatan perdagangan pun sempat terhenti. Salah satu solusi untuk keluar dari krisis tersebut dengan mengandalkan digitalisasi yang berkembang sangat pesat di tengah pandemi dan pelaku usaha mau tidak mau harus mampu memanfaat peluang ini.
“Hingga saat ini, kami telah berhasil melakukan on boarding 18,5 juta pelaku UMKM ke platform digital. Sehingga mereka dapat memperluas pasar mereka secara lokal, nasional, dan internasional. Ini penting bagi Indonesia karena UMKM adalah tulang punggung perekonomian Indonesia, dan teknologi dapat membantu mereka dengan efisiensi,” ujar Wamenparekraf.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)