JAKARTA - Berada pada urutan pertama dalam barisan antrean sungguh didambakan, tetapi Ajeewan Sadasivam tak tahu berapa lama terjebak dalam antrean ini.
"Saya sudah mengantre selama dua hari," ujarnya, sambil menunggu dengan sabar di luar sebuah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum di ibu kota Sri Lanka, Kolombo.
Sebagai sopir taksi, bahan bakar adalah segalanya, tetapi Sri Lanka tak mendapat pasokan bahan bakar terbaru.
Sadasivam lalu memperlihatkan kepada kami pengukur bahan bakar di dasbornya, panah mengarah ke tulisan kosong.
"Saya sudah tidur di mobil ini. Kadang-kadang saya pergi dan mengambil makanan, lalu saya kembali dan menunggu, saya belum mandi berhari-hari," katanya.
Dia mengaku tak punya pilihan selain menunggu: "Saya harus menjaga keluarga saya, istri dan dua anak saya. hanya jika ada bahan bakar saya bisa mulai menjalankan taksi saya dan mencari nafkah," katanya.
Lantaran tidak adanya kiriman bahan bakar minyak dari luar negeri, yang biasanya tiba setidaknya dalam dua minggu, pasokan bensin dikirim ke ibu kota dari beberapa daerah yang masih ada cadangan. Tetapi persediaannya kini menipis.