Namun, hal itu dapat diantisipasi dengan memaksimalkan surplus yang diperoleh dari keuntungan penjualan komoditas.
"Indonesia didukung oleh komoditi yang meningkat pesat, serta tindakan pemerintah membangun industri yang berbasis nilai tambah. Selain itu, dengan adanya Covid-19, tercipta bisnis baru, pertumbuhan home industry, kehadiran e-commerce, dan pertumbuhan hal-hal berbasis digital yang sangat pesat," tambahnya.
Hary mewaspadai tren kenaikan suku bunga global dapat membawa arus investasi asing beranjak ke luar yang sekaligus dapat memperlemah nilai rupiah.
Kendati demikian, dirinya optimis pertumbuhan ekonomi nasional dapat berjalan sesuai ekspektasi pasar.
"Secara overall Indonesia masih oke, masih tidak masalah, bahkan kalo kita lihat proyeksi pertumbuhan ekonomi yang saya baca tadi 2022 masih kisaran 4,7% sampai 5,5% dari Bank Indonesia. Kemudian tahun depan bahkan naik 5.3%-5.9%, jadi bagus," pungkasnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)