Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Harga Sawit hingga Jagung Anjlok, Nasib Petani Gimana?

Wahyudi Aulia Siregar , Jurnalis-Selasa, 02 Agustus 2022 |18:36 WIB
Harga Sawit hingga Jagung Anjlok, Nasib Petani Gimana?
Harga sawit hingga jagung anjlok (Foto: Antara)
A
A
A

MEDAN - Tingkat kesejahteraan petani di Sumatera Utara (Sumut) mengalami penurunan pada Juli 2022 lalu. Itu tergambar dari Nilai Tukar Petani (NTP) di Sumatera Utara turun sebesar 7,21% menjadi 108,85. Komoditas penyumbang penurunan NTP petani di Sumut adalah kelapa sawit, jagung dan ayam ras.

"Memang di bulan juli kemarin, harga kelapa sawit di tingkat petani di Sumut itu berkisar 700 hingga 1.100 per kilogram, meskipun ada yang menjual di kisaran 1.300 hingga 1.500-an per kilogram," kata Pengamat Ekonomi, Gunawan Benjamin, Senin (1/8/2022).

Gunawan menyebut harga tandan buah segar (TBS) saat jauh dari harga tertinggi yang sempat di atas 3.000 per kilogram. Harga TBS saat ini juga masih dibawah harga keekonomian kelapa sawit yang saat ini berada di kisaran harga Rp 2.300 hingga Rp 2.600 per kilogramnya.

"Mengacu kepada harga CPO yang bertengger dikisaran 3.900-an ringgit per ton sejauh ini," tukasnya.

Selain TBS, harga jagung juga memang mengalami penurunan. Di bulan Mei atau Juni lalu harganya sempat menyentuh 5.700 per Kg (di tingkat pabrik pakan). Namun saat ini harganya di tingkat pembeli akhir (pabrik pakan ternak) di kisaran 4.700 hingga 4.800 per kilogram.

"Penurunan harga jagung ini juga mendorong penurunan harga daging ayam, yang sebelumnya di bulan Mei sempat menyentuh Rp 40 ribu per kilogram, saat ini di kisaran Rp 28 ribu per kilogram di kota medan. Dengan penurunan harga komoditas tersebut menekan daya beli petani kita," jelasnya.

Di sisi lain, sejauh ini petani hortikultura NTP-nya sudah di atas 100, tepatnya di level 101,22. Sementara tanaman pangan ini NTP-nya masih di kisaran 93.44 (turun dibandingkan bulan juni kemarin).

"Untuk tanaman hortikultura ini dipicu oleh kenaikan harga komoditas cabai. Sementara untuk tanaman pangan, saya menilai beban pengeluaran yang besar belum diimbangi dengan peningkatan harga jual (gabah) yang ideal," terangnya.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement