Selain naikkan suku bunga, dan penyesuaian GWM. Bank Indonesia, kata Bhima, bisa meningkatkan LTV khusus misalnya LTV hijau untuk dorong permintaan properti yang berkelanjutan. Tujuannya, ada program-program kreatif untuk dorong sisi permintaan dalam negeri.
"BI-OJK juga harus koordinasi agar bank cepat lakukan transmisi penurunan suku bunga kredit sebelum era suku bunga rendah berakhir. Bunga yang masih rendah harus dimanfaatkan untuk pacu penyaluran kredit khususnya ke sektor produktif (pertanian, industri manufaktur, konstruksi)," ujarnya.
Sementara itu, kelima, alokasi subsidi energi dan pangan idealnya bisa ditambah dua kali lipat, dengan catatan pengawasan diperketat. Pangan harus diamankan dari indikasi terjadinya krisis pangan secara global. Lalu, jaring pengaman sosial saat pandemi (PEN) jangan terburu-buru dipangkas atau distop.
"Tambah penerima Program Keluarga Harapan (PKH) dari 10 juta jadi 15 juta keluarga penerima untuk lindungi 40% pengeluaran terbawah dari gejolak kenaikan harga pangan. (Keenam), Perkuat penerbitan utang dengan bunga yang relatif murah. Dominasi SBN dalam utang cukup berisiko karena yield-nya terus meningkat," ujarnya.
(Feby Novalius)