Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Harga Pangan Mahal, Apa Dampaknya ke Petani Lokal?

Advenia Elisabeth , Jurnalis-Selasa, 06 September 2022 |07:42 WIB
Harga Pangan Mahal, Apa Dampaknya ke Petani Lokal?
Ilustrasi petani. (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Harga bahan pangan yang saat ini naik disebut bisa berpengaruh terhadap daya beli.

Head of Agriculture dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Aditya Alta menilai,kenaikan harga pangan yang kini bergejolak tidak hanya berdampak positif bagi petani, namun juga bisa mempengaruhi daya beli.

”Kenaikan harga pangan belum tentu berdampak positif bagi pendapatan petani karena petani Indonesia rata-rata menguasai lahan yang kecil. Hampir 60% rumah tangga pertanian mengelola lahan yang luasnya kurang dari 0,5 hektare atau masuk dalam kategori gurem,” terang Aditya dalam keterangan tertulisnya, Selasa (6/9/2022).

 BACA JUGA:Harga BBM Naik, Pedagang Pasar Minta Jaminan Bansos Tepat Sasaran

Penelitian CIPS menyebutkan, sebanyak 2/3 petani di Indonesia adalah net food consumers yang artinya mereka mengonsumsi dan membeli pangan lebih banyak dari pada yang ditanam.

Untuk itu, harga pangan yang tinggi akan mempengaruhi kemampuan mereka untuk membelinya.

Petani kecil menyumbang sekitar 90% dari produksi total beras di Indonesia. Berdasarkan data BPS, Nilai Tukar Petani (NTP) pada Agustus 2022 adalah sebesar 106,31 atau naik 1,97% dibanding NTP bulan sebelumnya.

Namun demikian, jika dilihat lebih mendalam, NTP petani tanaman pangan hampir selalu mengalami defisit (<100), di mana sepanjang Januari-Agustus 2022 NTP petani tanaman pangan hanya sebesar 97,97.

Nilai ini merupakan penurunan dari NTP petani tanaman pangan sepanjang tahun 2021 yaitu 98,21.

Aditya menambahkan kalau meningkatkan daya saing petani merupakan suatu hal yang perlu diikuti kebijakan konkret.

Penelitian CIPS menunjukkan, akses petani terhadap input pertanian berkualitas perlu diprioritaskan supaya mereka bisa menggunakannya sesuai dengan kebutuhan.

"Yang masih terjadi di lapangan adalah, adopsi Kartu Tani berjalan lambat dan hal ini memengaruhi akses petani kepada input pertanian," ucapnya.

Selain itu, menurutnya dibutuhkan evaluasi pada penerima subsidi input pertanian seperti pupuk bersubsidi.

Di samping itu, dibutuhkan kriteria yang jelas sehingga pada waktunya penerima subsidi bisa ”lulus” dan berdaya sehingga subsidi bisa dialihkan ke sektor lain yang lebih produktif.

"Perbaikan dan pembangunan infrastruktur pendukung pertanian juga diperlukan untuk menambah efisiensi proses produksi," tukasnya.

Dalam konteks produksi telur misalnya, pembangunan infrastruktur untuk mendorong terciptanya rantai pasok yang lebih efisien melalui pembangunan jalan yang mempermudah pengangkutan pakan dari sentra produksi ke peternakan dapat dilakukan.

Kehadiran infrastruktur dapat membuat proses distribusi jagung untuk pakan ternak dapat dilakukan dengan biaya lebih murah.

”Pemerintah perlu mewaspadai naiknya harga beberapa komoditas pangan. Pergerakan harga seharusnya sudah bisa diwaspadai sejak awal tahun agar tidak terjadi peningkatan yang tidak bisa dijangkau oleh masyarakat,” pungkasnya.

(Zuhirna Wulan Dilla)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement