JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan sosok ancaman yang lebih mengerikan dari pandemi Covid-19 dan perang. Ancaman ini nyata adanya dan bisa memengaruhi dunia.
Sosok ancaman ini adalah perubahan iklim. Menurutnya, perubahan iklim bisa mempengaruhi ekonomi makro, baik karena kenaikan suhu secara gradual dan juga perubahan iklim itu sendiri, terutama karena bencana-bencana alam yang terkait dengan cuaca.
"Ini adalah fenomena yang dampaknya sangat nyata dan bisa menghantam aspek sosial, ekonomi, dan bahkan lebih besar dampaknya ke dunia dibandingkan pandemi Covid-19," ujar Sri dalam acara HSBC Summit 2022 'Powering the Transition To Net Zero' secara virtual, Rabu (14/9/2022).
BACA JUGA:Sri Mulyani Sebut Indonesia Rentan Perubahan Iklim
Maka dari itu, dia mengatakan bahwa target penurunan emisi dan juga netralitas karbon di tahun 2050 menjadi makin penting namun mendesak.
"Masalahnya, fenomena perubahan iklim ini bisa berpotensi menyebabkan krisis yang jauh lebih mengerikan dibanding krisis-krisis yang kita pernah alami sebelumnya," kata Sri Mulyani.
Bahkan, dia menilai bahwa perubahan iklim ini bisa mendatangkan krisis iklim yang kemudian menjadi ancaman berat bagi manusia, ekonomi, sistem keuangan, hingga cara hidup masyarakat.
"Upaya kita dan para pemimpin dunia lainnya memang sempat terhambat karena adanya pandemi yang menerpa selama tiga tahun terakhir, namun, saat ini tidak ada alasan lagi karena kita butuh langkah strategis," tegasnya.
Riset dari salah satu lembaga Swiss tahun lalu menyebutkan bahwa dunia akan kehilangan lebih dari 10% ekonominya jika Paris Agreement tidak tercapai di tahun 2050 kelak.
"Bahkan, secara bertahap, akan ada tekanan inflasi yang dapat timbul dari menurunnya gangguan rantai pasok nasional dan internasional, akibat perubahan iklim seperti banjir dan badai," tukasnya.
(Dani Jumadil Akhir)