WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden kecewa dengan keputusan organisasi negara-negara penghasil minyak (OPEC) yang memangkas produksi minyak mentah sekira 2 juta barel per hari.
Selain memangkas produksi minyak mentah, OPEC juga memangkas jumlah minyak yang mereka kirim ke negara-negara di dunia.
"Mengecewakan. Dan kami sedang mencari alternatif (lain) yang mungkin kami miliki,” kata Biden di Gedung Putih, Kamis 6 Oktober 2022 pagi waktu setempat.
Hukum penawaran dan permintaan menunjukkan bahwa keputusan ini hanya berarti satu hal, yaitu harga yang lebih tinggi untuk minyak mentah, bahan bakar diesel, bensin dan minyak pemanas yang dihasilkan dari minyak mentah.
Baca Juga: Harga Minyak Meroket Usai OPEC+ Putuskan Kurangi Produksi 2 Juta Barel/Hari
Sementara itu, Direktur Dewan Ekonomi Nasional Brian Deese mengatakan pemerintah sedang mengidentifikasi alternatif yang ada dan akan fokus pada hal itu.
“Seperti yang telah kami katakan, keputusan OPEC, alasan mengapa kami kecewa adalah karena kami percaya kebijakan itu tidak perlu dan tidak beralasan diambil pada masa ketika terjadi kekurangan pasokan energi global. Ini menjadi tantangan signifikan,” kata Deese.
Deese menambahkan Gedung Putih akan mendorong perusahaan-perusahaan energi domestik untuk mengurangi harga eceran yang mencerminkan harga BBM yang mereka bayar, dan melihat langkah-langkah lain, seperti memanfaatkan Cadangan Minyak Strategis.
Menurutnya terlalu dini untuk mengumumkan langkah apapun ke depan, tetapi ia bersikeras bahwa pemerintah sedang sibuk mengevaluasi langkah-langkah terbaik.
OPEC+ Pangkas Produksi & Pasokan Minyak
Aliansi OPEC+ hari Rabu 5 Oktober 2022 memutuskan memangkas produksi secara tajam guna mengatasi penurunan harga minyak, suatu langkah yang dapat memberi pukulan lain bagi ekonomi dunia yang sedang berjuang keras dengan inflasi dan menaikkan harga bensin di SPBU tepat menjelang pemilu paruh waktu di Amerika November nanti.
Para menteri energi memangkas produksi lebih besar dari perkiraan dua juta barel per hari mulai November, setelah melangsungkan pertemuan tatap muka pertama mereka di markas kartel minyak OPEC sejak perebakan luas pandemi Covid-19. Mereka mengatakan keputusan itu didasarkan pada “ketidakpastian yang melingkupi prospek ekonomi dan pasar minyak global.”
Menteri Energi Arab Saudi Abdulaziz bin Salman menekankan peran kartel yang menurutnya menjadi penjaga pasar energi yang stabil.
Ditanya apakah kebijakan pemangkasan produksi ini menunjukkan penggunaan energi sebagai senjata untuk bekerjasama dengan Rusia, Abdulaziz bin Salman mengatakan “tunjukkan di mana saya bertindak membangkang.”
Sekjen OPEC Haitham Al Ghais bersikeras kartel minyak tidak membahayakan pasar energi. "Kami menyediakan keamanan, stabilitas pasar energi. Semuanya memiliki harga. Ketahanan energi juga memiliki harga," katanya.
Keputusan OPEC ini dikhawatirkan akan membantu aliansinya, Rusia, mengatasi dampak larangan Eropa yang membayangi sebagian besar minyak Rusia dan diberlakukan di tengah krisis energi karena Rusia mengurangi pasokan gas alam ke Eropa. Para pemimpin Eropa menyebut langkah itu sebagai pembalasan karena UE mendukung Ukraina dan menjatuhkan sanksi terhadap Rusia.
(Dani Jumadil Akhir)