JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa resesi telah mengancam negara-negara maju seperti Amerika, Inggris, China dan negara Eropa. Hal ini karena risiko gejolak global yang tidak terelakkan bagi semua negara di dunia.
International Monetary Fund (IMF) sudah memangkas proyeksi ekonomi global menjadi 2,7% untuk tahun depan, dari yang sebelumnya 2,9%. Ekonomi global pun semakin kompleks dengan adanya ancaman resesi, inflasi tinggi, diperparah dengan ketegangan geopolitik akibat perang Rusia-Ukraina yang belum kunjung usai.
Baca Juga: Ancaman Resesi, Sri Mulyani Langsung Wanti-Wanti Krisis Utang
Bayang-bayang gelap pun sudah mulai nampak, bahkan di negara-negara maju.
"Bahkan sekarang kata-kata resesi bukannya tidak mungkin di Amerika Serikat (AS). Eropa pun juga demikian, mereka mengalami inflasi tinggi yang memaksa Bank Sentral menaikkan suku bunganya secara agresif," ujar Sri dalam Seminar Nasional Badan Keahlian Sekretariat Jenderal DPR RI dengan tema "Percepatan Pemulihan Ekonomi dan Penguatan Berkelanjutan di Tengah Tantangan Dinamika Global" di Jakarta, Rabu(19/10/2022).
Baca Juga: Lihat Ekonomi Indonesia Sekarang! Jokowi: Kita Patut Bersyukur
Dia pun menyebut bahwa Eropa akan mengalami resesi di 2022 dan juga di tahun 2023. Kondisi serupa juga tengah dihadapi China.
"China juga telah mengalami perlambatan yang disebabkan lockdown dan kondisi dunia, serta sektor properti. Bahkan angka PDB China di kuartal III belum keluar, tetapi akan tajam melemah," ungkap Sri.
Baru-baru ini pun Inggris juga dihantam permasalahan ekonomi karena pengelolaan APBN-nya yang tidak kredibel. Hanya saja, Sri mengingatkan bahwa ini bukan berarti negara-negara emerging sepenuhnya aman dari ancaman resesi.
"Meskipun seperti sekarang ini, emerging countries seperti India, Indonesia, Brazil, dan Meksiko misalnya, relatif dalam situasi cukup baik, bukan berarti tidak terpengaruh oleh kondisi eksternal. Meski ekonomi kita diproyeksikan tumbuh di atas 5% di 2022 dan 2023, bukan berarti kita tidak mewaspadai kondisi eksternal, karena itu mempengaruhi ekonomi kita," pungkas Sri.
(Feby Novalius)