NEW YORK - Harga minyak menguat pada akhir perdagangan Selasa. Harga minyak balik menguat dari penurunan awal lebih dari USD1 per barel, didukung dolar AS yang lebih lemah dan kekhawatiran pasokan yang disorot Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember naik 26 sen atau 0,3% menjadi USD93,52 per barel di London ICE Futures Exchange, setelah kehilangan 24 sen atau 0,3% di sesi sebelumnya.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember terangkat 74 sen atau 0,9% menjadi USD85,32 per barel di New York Mercantile Exchange, setelah merosot 47 sen atau hampir 0,6% pada Senin (24/10/2022).
Baca Juga:Â Harga CPO Kian Mahal, Dekati Level Tertinggi
Indeks dolar AS yang turun selama perdagangan membuat minyak dalam denominasi greenback lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya dan membantu mendorong harga lebih tinggi.
Dukungan lebih lanjut datang dari komentar Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman yang menyatakan cadangan energi digunakan sebagai mekanisme untuk memanipulasi pasar.
"Adalah tugas saya untuk menjelaskan bahwa kehilangan stok darurat mungkin menyakitkan di bulan-bulan mendatang," katanya pada konferensi Future Initiative Investment (FII) di Riyadh, dikutip dari Antara, Rabu (26/10/2022).
Baca Juga:Â AS Keluarkan 15 Juta Barel Cadangan Minyak
Sementara itu, Kepala Badan Energi Internasional (IEA), Fatih Birol mengatakan, pengetatan pasar untuk gas alam cair (LNG) di seluruh dunia dan pengurangan pasokan oleh produsen-produsen minyak utama telah menempatkan dunia di tengah "krisis energi global pertama yang sesungguhnya".
"Komentar dari Riyadh dan dari IEA adalah pengingat bahwa ketika datang ke krisis energi, itu masih jauh dari selesai. Masih ada kekhawatiran pasar kekurangan pasokan," kata Analis Price Futures Group, Phil Flynn.
Baca Juga: BuddyKu Fest: 'How To Get Your First 10k Follower'
Follow Berita Okezone di Google News