Selanjutnya 14% responden tidak mengetahui seputar skema pembiayaan atau program pemerintah yang bisa mereka ambil untuk membeli hunian dan 12% responden tidak mengetahui seputar pajak, seperti Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), atau Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) untuk hunian yang akan mereka beli nanti.
Sedangkan 9% responden tidak mengetahui seputar kemampuan finansial dan persyaratan yang harus mereka penuhi untuk pembiayaan hunian serta 6% responden tidak mengetahui seputar cara memilih hunian yang tepat, seperti dari faktor lokasi, harga, tipe, dan lain sebagainya.
“Terlepas dari kurangnya pengetahuan tentang seluruh aspek pembelian hunian, namun infrastruktur tetap menjadi pertimbangan penting responden ketika memilih lokasi rumah. Hasil survei menunjukkan bahwa 4 dari 5 responden akan mempertimbangkan infrastruktur masa depan ketika membuat keputusan pembelian hunian,” katanya.
Infrastruktur masa depan yang menjadi pertimbangan responden adalah jalan tol baru dinyatakan oleh 46 persen responden, bus kota oleh 34% responden, LRT Jabodetabek oleh 32% responden, kereta komuter oleh 32% responden dan Kereta Cepat Jakarta-Bandung oleh 19% responden.
Tersedianya sarana infrastruktur dan transportasi publik masih menjadi salah satu pertimbangan utama konsumen ketika akan membeli hunian.
Gencarnya pembangunan infrastruktur dan transportasi umum oleh Pemerintah perlu diikuti para pengembang properti untuk mulai membangun hunian baru di sekitarnya sehingga tercipta pusat ekonomi baru.
Marine menyimpulkan bahwa adanya perpanjangan stimulus DP 0% dari Pemerintah menjaga sentimen para pemangku kepentingan di bidang properti tetap positif.
Semakin membaiknya pasar properti hingga menjelang akhir tahun 2022 ini menunjukkan bahwa kebijakan yang telah dikeluarkan Pemerintah memang membawa dampak positif terhadap pasar dan perkembangan industri properti di tanah air.
“Sementara tahun 2023 mendatang diperkirakan perlambatan ekonomi secara global masih akan berlanjut, Bank Indonesia juga kembali menaikkan suku bunga acuan. Meskipun demikian, industri properti di tanah air masih bisa optimis dengan adanya perpanjangan pelonggaran LTV dan masih tingginya harga komoditas ekspor," pungkasnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)