JAKARTA - Pemerintah optimis Indonesia bisa melalui gempuran ancaman resesi yang akan muncul, Di mana terjadi perlamabatan ekonomi dunia yang membuat Bank Sentral AS menaikan suku bunga sebesar 75 bps ke kisaran 3-3,25%.
Kebijakan moneter ini berdampak pada biaya pinjaman meningkat tajam untuk rumah tangga dan bisnis. Efek berganda dari kebijakan ini juga berimbas pada nilai tukar dollar sehingga dapat berpengaruh pada perekonomian global.
Namun, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menuturkan ketahanan eksternal Indonesia saat ini masih cukup baik.
Baca Juga:Â Bikin Keuangan Digital Lebih Kredibel, OJK: Digital ID Jadi Langkah yang Tepat
"Indonesia faktor eksternal masih sangat kuat sehingga Indonesia tidak termasuk dalam rentang terhadap masalah keuangan. Bahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di antara Negara G20 nomor dua tertinggi setelah Saudi Arabia dari faktor eksternal aman," kata Airlangga, beberapa waktu lalu, Selasa (1/11/2022).
Menurut Airlangga, ekonomi Indonesia didukung perkembangan ekonomi digital yang selama ini menunjukkan kinerja positif. Nilai ekonomi digital Indonesia selama 2021 tercatat sebagai yang tertinggi di Asia Tenggara, sebesar USD70 miliar. Nilai ini diperkirakan mampu mencapai USD146 miliar pada 2025.
Selain itu, 40% pangsa pasar ekonomi internet Asia Tenggara berada di Indonesia.
Baca Juga:Â Presiden Direktur MNC Kapital Ungkap Pentingnya Digital ID bagi Perbankan
Kinerja positif ini sejalan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang menyatakan platform e-dagang (e-commerce) menjadi salah satu dari empat sektor prospektif untuk berinvestasi di Indonesia.
Namun, penyedia layanan e-commerce perlu beradaptasi untuk menunjukkan kinerja bisnis agar tetap mendapatkan kepercayaan para pemilik modal. Belum lama, perusahaan rintisan besutan grup Djarum, PT Global Digital Niaga Tbk (Blibli) mengumumkan rencananya untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Follow Berita Okezone di Google News