"Salah posisi fiskal, bahkan ekonomi sekuat Inggris juga gelempang. Jadi ini adalah salah satu jangkar untuk menjaga confidence dan stabilitas. Pada saat risiko meningkat, harga dari cost of fund meningkat, fiskal kita harus dijaga tetap sehat namun tetap suportif. 2,84% itu lebih dari Rp530 triliun defisit. Itu cukup untuk memberikan stimulasi. Total spending kita di atas Rp3.000 triliun, atau sebesar Rp3.018 triliun, itu lebih tinggi dari tahun ini dan selama periode COVID-19," tegas Sri.
Dia menekankan bahwa sisi fiskal akan tetap suportif, tetapi tetap prudent karena menjadi jangkar dari stabilitas. "Inilah yang kemudian akan menjaga momentum pemulihan ekonomi kita tahun 2023," pungkas Sri.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)