JAKARTA - China dilanda panic buying dan kekurangan pasokan barang-barang kebutuhan pokok, setelah pemerintah melonggarkan aturan pembatasan Covid-19.
Warga China pun menyerbu apotek-apotek untuk membeli obat-obatan hingga perangkat tes Covid di tengah berbagai laporan mengenai kurangnya pasokan kesehatan. Tak hanya itu, produk sehari-hari untuk menjaga kesehatan juga ludes terjual di situs-situs niaga online, seperti buah dan air yang mengandung elektrolit.
Penimbunan pada era Covid-19 memang banyak terjadi di seluruh dunia, namun ini pertama kalinya terjadi setelah karantina wilayah dilonggarkan di China.
Pada awalnya China sama seperti negara-negara lain, namun ketika banyak orang membagikan foto yang menunjukkan rak-rak kosong supermarket di kota-kota besar menjelang pemberlakuan larangan ke luar rumah.
Hal ini membuat warga China memborong obat-obatan secara panik alias 'punic buying'. Padahal China sudah meniadakan aturan pelacakan individu serta mengizinkan warganya melakukan isolasi mandiri di rumah dan tes Covid mandiri.
Aksi 'punic buying' ini ditengarai guna mengantisipasi kenaikan kasus Covid pada musim salju yang akan datang.
Baca Juga:Â Ekonomi China Melemah, Bank Dunia Minta Indonesia Tak Perlu Khawatir
Pemerintah Daerah juga didesak meningkatkan kapasitas unit gawat darurat dan membuka klinik khusus pasien demam sebelum akhir bulan. Hal ini sebagai bentuk persiapan menghadapi gelombang penularan kasus berikutnya.
Bahkan sudah muncul tanda-tanda bahwa tenaga kesehatan di China mulai kewalahan.
Dalam Sebuah video yang beredar minggu ini, menunjukkan pasien yang terhubung dengan infus di dalam mobil karena "klinik penuh". Kemudian China Daily juga melaporkan bahwa terjadi "ledakan permintaan" untuk obat pereda nyeri, vitamin, dan obat batuk-pilek.
Follow Berita Okezone di Google News