NEW YORK - Harga minyak turun pada akhir perdagangan Kamis. Hal ini disebabkan ketidakpastian prospek permintaan karena lebih banyak negara mempertimbangkan pembatasan pada pelancong China ketika infeksi Covid-19 menyebar di negara pengimpor minyak terbesar tersebut.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari terpangkas 56 sen atau 0,7% menjadi USD78,40 per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari merosot USD1,0 atau 1,2% menjadi USD82,26 per barel di London ICE Futures Exchange.
Baca Juga: Kapan RI Punya Pabrik Minyak Makan Merah?
"Minyak mentah tertatih-tatih menjelang akhir tahun dalam perdagangan yang tipis, tidak terinspirasi oleh pencabutan pembatasan Covid di China di tengah meroketnya kasus, dengan sedikit penguatan atau penurunan minyak mentah dalam laporan EIA hari ini," kata Analis Minyak Kpler, Matt Smith, dikutip dari Antara, Jumat (30/12/2022)
Pemerintah China membuka pembatasan pandemi, namun lonjakan infeksi di sana mendorong aturan perjalanan yang lebih ketat bagi pengunjung China di beberapa negara.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Dipicu Moskow Bakal Pangkas Produksi
Di sisi lain, Inggris pun meninjau apakah akan memberlakukan pembatasan pada orang yang datang dari China. Di maa Amerika Serikat, Jepang, India, dan Taiwan telah memberlakukan pengujian pada kedatangan dari China.
Sementara itu, Badan Informasi Energi AS (EIA) mencatat persediaan minyak mentah AS meningkat secara tak terduga minggu lalu karena impor naik dan ekspor turun.
Meskipun meningkatnya stok minyak mentah itu mengejutkan, laporan itu sendiri "positif" dan menunjukkan "rebound yang kuat" dalam permintaan minyak tersirat, mengakibatkan penarikan besar produk olahan, kata Giovanni Staunovo dari bank Swiss UBS.
Kedua kontrak minyak turun lebih dari 2,0% di awal sesi, tetapi mengurangi kerugian karena dolar AS tergelincir, dengan investor gelisah tentang kenaikan suku bunga.
(Feby Novalius)