JAKARTA - Kemacetan di Jakarta masih jadi masalah yang tak kunjung selesai. Padahal berbagai cara sudah dilakukan, mulai dari 3 in 1, ganjil genap dan sekarang ada rencana jalan berbayar.
Lantas lebih efektif mana dalam mengatasi kemacetan di Jakarta?
Pengamat Transportasi, Azaz Tigor Nainggolan menilai, kebijakan sistem ganjil-genap belum efektif mengurangi permasalahan kemacetan di Jakarta.
Baca Juga: Polda Metro Dukung Wacana 25 Jalan Berbayar di Jakarta
Menurutnya, solusi yang diberikan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bagaikan kaset kusut yang tidak menyelesaikan permasalahan. Seharusnya, Pemprov, kata Tigor, memberikan ide dan gagasan yang bagus sehingga Ibu Kota benar-benar terhindar dari kemacetan.
"Jadi kira-kira permasalahan ini sudah ada perbaikan? Nyatanya belum ada perubahan. Macet tetap macet. Ini malah angkutan dijadikan alat kampanye, tapi tidak ada penyelesaian," kata Tigor dalam diskusi Redbons di Okezone beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Jalan Berbayar di Jakarta Dinilai Lebih Efektif Atasi Kemacetan Dibanding Ganjil Genap
Jika merujuk dari data penjualan kendaraan yang setiap tahun mencapai 1 juta unit lebih, tentu sistem ganjil-genap bukan obat untuk sembuhkan kemacetan yang hingga kini terus terjadi. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) pada 2016 penjualan mobil mencapai 1,06 juta unit, sedangkan tahun 2017 sudah mencapai 1,1 juta unit.
Pemprov DKI mengklaim bahwa penerapan sistem Ganjil Genap adalah bentuk transisi sebelum diterapkannya sistem electronic road pricing (ERP). Pasalnya, konsep jalan berbayar tersebut belum siap digunakan.