Atas komitmen tersebut, lanjut Toto, IBC mendapatkan nilai investasi sebesar Rp USD15 miliar atau setara dengan Rp 215 triliun. Perolehan investasi itu ditandai dengan penandatanganan Framework Agreement yang dilakukan pada Maret 2022 lalu.
"Angka investasi dari kedua proyek ini sesuai dengan komitmen mereka yang sudah ditandatangani melalui Framework Agreement bulan Maret tahun lalu itu berkisar hampir Rp200 triliun," ucapnya.
Toto mencatat, Indonesia memiliki kemampuan memiliki baterai cell secara mandiri. Namun, proses produksi dari hulu ke hilirnya membutuhkan waktu dan biaya investasi yang sangat besar.
"Walau kita sudah bermitra dengan (produsen baterai) nomor 1 dan nomor 2 di dunia, itu kita membutuhkan hampir 4 tahun untuk bisa mendapatkan baterai cell kita dari nikel Indonesia," tutur dia.
(Feby Novalius)