JAKARTA - Kondisi warga di Kiberia, Kenya, Nairobi mengkhawatirkan. DI tengah ketidakmampuan untuk memenuhi hidup, masyarakat di sana terjerat utang karena harus membayar pendeta untuk mendoakan supaya dapat hidup lebih baik.
Kerelaan membayar pendeta itu pun menjadi titik, masyarakat di daerah kumuh Kiberia terlilit utang karena sulit membayar dan besarnya bunga yang harus ditanggung.
Seperti yang dialami Evarline Okello yang mengaku utangnya sudah menumpuk. Evarline mengatakan bahwa kondisinya yang tak punya pemasukan selama berbulan-bulan.
Di tengah kondisi tersebut, dia mendengar tentang seorang pendeta yang doanya bisa memberi kehidupan yang lebih baik. Pendeta itu meminta uang sebesar Rp1,7 juta (USD115).
Istilah ini disebut "persembahan benih", yakni sumbangan kepada tokoh agama, agar bisa memberi doa khusus seperti yang diinginkan.
Dirinya pun kemudian meminjam uang dari seorang teman karena diberitahu bahwa doa dari pendeta begitu kuat. Oleh karena itu, dia menyanggupi untuk membayar utangnya kurang dari satu pekan.
Keajaiban yang ditunggu tak kunjung tiba, ia mengatakan bahkan segalanya semakin buruk.
Utang dari temannya itu membengkak karena bunga yang belum dibayar. Sekarang utangnya sudah mencapai Rp4,6 juta ($300), dan ia tak tahu bagaimana cara melunasinya. Temannya sudah tak mau bicara padanya, dan ia masih belum punya pekerjaan.
"Segalanya menjadi sulit, saya telah kehilangan semua harapan," katanya, dikutip dari BBC Indonesia, Senin (13/3/2023).
Menurut laporan Bank Dunia menunjukkan jumlah warga Kenya yang kehilangan pekerjaan meningkat lebih dari dua kali lipat dalam tujuh tahun terakhir.
Tekanan ekonomi kian kuat Harga makanan di negara tersebut naik 16% dalam 12 bulan, sebelum September 2022. Hal ini berdasarkan Badan Pusat Statistik setempat.
Situasi inilah yang memicu hasrat sebagian masyarakat untuk mencari solusi supranatural. Akibatnya, banyak sekarang yang rela membayar demi memperoleh keajaiban, bahkan jika mereka harus pinjam uang.
"Orang-orang didoktrin bahwa Tuhan tidak ingin mereka terus-terusan hidup susah. Jadi, mereka harus memberi persembahan benih," katanya.
Praktik membayar untuk memperoleh berkat dan doa pendeta berasal dari apa yang dikenal sebagai "Teologi Kemakmuran", yang mengajarkan bahwa Tuhan memberi imbalan iman dengan kesejahteraan dan kesehatan.
Para pengikutnya didorong untuk menunjukkan iman mereka dengan memberikan uang, yang diklaim akan dibalas Tuhan dengan berlipat ganda.
Kepercayaan ini berakar di Amerika yang memperoleh momentumnya di awal abad ke-20.
Pada akhir 1970-an dan awal 1980-an, para pendeta Nigeria pergi ke AS untuk belajar lebih banyak mengenai hal ini.
Follow Berita Okezone di Google News