JAKARTA – Bos BCA buka-bukan soal tantangan industri perbankan di Indonesia. Memasuki 2023, Perbankan Indonesia sudah dihadapkan dengan berbagai tantangan hingga krisis kepercayaan nasabah imbas konflik dari global.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, sejalan dengan dana nasabah yang mengalir, tantangannya adalah bagaimana perbankan melepaskan kredit secara baik dan prudent.
"Tetapi tentu harus di segala lini, bukan hanya satu SME saja, nggak, SME harus, komersial, korporasi, karena menurut filosofi saya SME harus kita perhatikan, masyarakat yang banyak, tetapi korporasi ini kan sebagai saluran air itu hulunya dulu karena akan mengalir ke bawah," jelas Jahja dalam segmen Market Buzz Power Breakfast IDX, Senin (3/4/2023).
Selain SME, BCA juga mengedepankan KPR yang bukan hanya sekadar jual rumah saja. Jahja menekankan bahwa rumah yang di bawah Rp2 miliar, elemen lokalnya masih banyak sekali.
"Mungkin lebih dari 20 kan, ada kaca, ada kayu, macam-macam dan jangan lupa tenaga kerja, ini yang penting, karena setiap komplek pembangunan pasti dibuka bedeng-bedeng, pasti ada yang jualan karena pekerja ini kan harus makan," katanya.
Menurutnya, hal tersebut adalah multiplier effect dari KPR karena begitu ada pembangunan rumah, akan ada tenaga kerja yang butuh makan, disitulah lingkungan menyediakan dan UMKM bisa hidup.
Jahja melihat sebelum pandemi, sektor properti punya tiga market yakni orang yang butuh rumah, orang yang membeli rumah untuk investasi dan orang yang "nyekolahin" rumah.
Adapun pasca pandemi yang tersisa adalah orang yang membutuhkan rumah saja. Dari 270 juta orang di Indonesia, Jahja yakin masih banyak yang butuh rumah.
"Jadi kalau sudah sempat membeli rumah, maka jangka panjang itu pasti menguntungkan dan hidupnya lebih aman," ujar Jahja.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)