JAKARTA - Harga minyak turun lebih dari 1% pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB). Harga minyak jatuh untuk pekan ketiga berturut-turut, karena pasar menyeimbangkan kekhawatiran pasokan terhadap kekhawatiran ekonomi baru di Amerika Serikat (AS) dan China.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli turun 81 sen atau 1,1% menjadi ditutup di USD74,17 per barel di London ICE Futures Exchange. Sedangkan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni kehilangan 83 sen atau 1,2% menjadi USD70,04 per barel di New York Mercantile Exchange.
Kedua harga acuan tersebut sudah turun 1,5% lebih rendah dari minggu ke minggu.
"Kurangnya kepercayaan pada ekonomi diterjemahkan menjadi mundur ke dolar yang lebih aman, dan juga menyebabkan pesimisme tentang permintaan minyak," kata Partner Again Capital LLC, John Kilduff, dikutip dari Antara, Sabtu (13/5/2023).
Kekhawatiran memuncak bahwa Amerika Serikat, konsumen minyak terbesar di dunia akan memasuki resesi, dengan pembicaraan tentang plafon utang pemerintah AS ditunda dan kekhawatiran meningkat atas bank regional lain yang dilanda krisis.
Sementara itu, Federal Reserve AS mungkin perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut jika inflasi tetap tinggi. Gubernur Fed Michelle Bowman mengatakan menambahkan bahwa data bulan ini belum meyakinkannya bahwa tekanan harga sedang surut.
Kemudian data harga konsumen China untuk April naik pada kecepatan yang lebih lambat daripada Maret, meleset dari ekspektasi, sementara deflasi gerbang pabrik yang kian mendalam memfokuskan kembali keraguan tentang pemulihannya dari pembatasan Covid yang membatasi pertumbuhan permintaan minyak.
Jumlah rig minyak dan gas alam AS turun minggu ini ke level terendah dalam hampir setahun, karena rig gas merosot paling banyak dalam seminggu sejak Februari 2016, perusahaan jasa energi Baker Hughes Co mengatakan dalam laporannya pada Jumat (12/5).
Rig minyak AS turun dua menjadi 586 minggu ini, terendah sejak Juni 2022, sementara rig gas anjlok 16 menjadi 141, terendah April tahun lalu.
Pasar menarik beberapa dukungan dari perkiraan munculnya defisit pasokan untuk paruh kedua tahun ini, bahkan ketika menteri perminyakan Irak Hayan Abdel-Ghani mengatakan kepada Reuters pada Jumat (12/5) bahwa dia tidak memperkirakan OPEC+ untuk memutuskan pengurangan produksi lebih lanjut ketika pertemuan berikutnya di Wina pada 4 Juni.
(Feby Novalius)