Di tempat yang berbeda, Erick mengatakan bahwa keputusan akan diambil berdasarkan data produksi KRL dari INKA untuk periode tertentu.
Dan, jumlah permintaan penumpangnya yang harus di-review oleh PT KAI (Persero).
"Saya bilang waktu itu kan saya diundang rapat sama Menko (luhut) Menhub, Menteri Industri, lalu saya bilang saya menunggu dua data final, satu dari INKA berapa besar bisa memproduksi daripada gerbong itu, minta datanya. Saya juga meminta KAI untuk mereview ulang pasca Covid kenaikan jumlah yang memakai kereta," katanya.
"Kalau data ini sudah keluar baru kita bisa sinkronkan, jadi bisa ada keputusan, berapa lokal berapa yang impor, jadi bukan ribut impor dalam negeri, tanpa solusi buat masyarakat," lanjut dia
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo atau Tiko memastikan impor KRL bekas asal Jepang terealisasi tahun ini.
Rencananya pemerintah akan mendatangkan 12 rangkaian KRL dari Negeri Sakura.
Dia menyebut dari perhitungan di lapangan opsi impor harus dilakukan, lantaran INKA tidak bisa memasok kereta yang dibutuhkan KCI saat ini.
"Memang setelah kita hitung, memang kondisi di lapangan tidak memungkinkan untuk kita menunggu sampai produksi INKA ya, jadi kita sudah usulkan untuk ada penambahan impor 12 trainset," ungkap Tiko saat ditemui wartawan di gedung Mahkamah Agung.
Meski sinyal impor KRL bekas dilakukan tahun ini, Tiko mengatakan masih ada satu kali pertemuan dengan Luhut Binsar Pandjaitan.
"Dan ini lagi mau kita rapatkan dengan pak Menko Marves segera," ucap Tiko.
(Zuhirna Wulan Dilla)