JAKARTA — Produsen Truk Listrik Nikola melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 270 karyawan. PHK dilakukan karena pembuat truk listrik itu ingin memotong biaya dan mempertajam fokusnya pada pasar Amerika Utara.
Dilansir Reuters, Minggu (18/6/2023), dari 270 karyawan yang terkena dampak, 150 karyawan yang terdampak merupakan karyawan yang mendukung operasi Nikola di Eropa sementara 120 lainnya berbasis di Phoenix dan Coolidge.
Keputusan itu akan membantu Nikola mengurangi pengeluaran uang tunai terkait personel sebesar USD50 juta per tahun atau setara Rp748 miliar (asumsi kurs Rp14.961).
Penggunaan kas tahunan untuk perusahaan diperkirakan akan berkurang menjadi di bawah USD400 juta pada tahun 2024, perusahaan menambahkan.
Seperti diketahui, Nikola terlibat dalam perselisihan dengan pendiri dan pemegang saham utamanya Trevor Milton, yang telah menyerukan perubahan kepemimpinan dan mendesak investor lain untuk memilih menentang proposal perusahaan untuk meningkatkan jumlah saham yang diizinkan untuk diterbitkan.
Padahal, di tengah kekhawatiran perlambatan penjualan, perusahaan justru mengejar lebih banyak pembuangan saham untuk mengumpulkan dana.
Saham pembuat mobil yang berbasis di Phoenix- naik hampir 1% dalam perdagangan setelah bel. Itu ditutup 15% lebih rendah di sesi perdagangan reguler.
Langkah yang dilakukan oleh Nikola sesuai dengan upaya yang dilakukan beberapa perusahaan untuk mempersempit fokus mereka pada pasar inti setelah pengetatan kebijakan moneter oleh Bank Sentral Federal Reserve AS menciptakan kondisi ekonomi yang sulit.
Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) memang masih menghantui industri otomotif Amerika, sebelumnya produsen mobil General Motors Co juga menyusul perusahaan lainnya dalam melakukan pemangkasan ratusan pegawai dalam jajaran eksekutif.
Chief People Officer (CPO) GM Arden Hoffman mengumumkan berita tersebut kepada karyawannya. Dilansir melalui Reuters, PHK tersebut dilakukan untuk memangkas biaya sebesar USD 2 miliar atau sekitar Rp30,4 triliun selama dua tahun ke depan.
“Kami berencana memangkas biaya-biaya perusahaan, biaya overhead, dan kompleksitas di semua produk kami," ujar CPO GM Arden Hoffman, dilansir Reuters (28/2/2023).
(Kurniasih Miftakhul Jannah)