"Gini, posisi kontrak kita kalau kita lagi nggak match, karena kontraknya kan sistemnya itu adalah long term, jadi kita selalu melakukan long term kontrak yang artinya kita udah terikat pada buyer, misalnya, di bulan Juli kita itu harus ekspor berapa, Agustus berapa, September berapa. Tanda tangan kontrak itu harus dibuat pada bulan April itu untuk membuat sampai dengan Desember. Nah pada saat kita lihat ternyata pada saat Oktober apa yang kita perkirakan kita pikir bisa penuhi ternyata tidak ada jadi otomatis kita cari kontrak lain atau impor, gitu," terang Erwin.
Erwin menambahkan, negara pemasok karet untuk Indonesia bervariasi, namun sebagian besar dari Afrika. Kendati demikian, dia menilai, ketergantungan Indonesia dengan Afrika ini tidak bisa diharapkan dalam waktu yang lama, sebab banyak Industri China yang berinvestasi di Afrika, sehingga secara tidak langsung produksi karet di Afrika akan dipasok untuk China.
"Tapi memang ke depannya tidak bisa diharapkan langgeng, karena banyak industri di China pun investasi langsung di sana (Afrika), untuk mengolah jadi bahan baku industri juga," pungkasnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)