Namun, Rizal membeberkan, perusahaan juga tidak bisa menganggap enteng KOL mikro. Walaupun jumlah followersnya kalah dibandingkan KOL besar, namun banyak dari mereka yang memiliki kemampuan untuk produksi konten dengan baik.
“Banyak yang sewa studio, sangat niat untuk membuat dan mengedit konten. Walau viewers memang masih berusaha ditingkatkan, tapi content creator itu juga layak,” bebernya.
Kendati demikian, perlu diketahui bahwa penggunaan KOL sebagai instrumen marketing dan peningkatan omzet adalah dua hal yang berbeda. Rizal mengatakan, perusahaan tidak bisa langsung mengharapkan kenaikan omzet karena yang paling utama adalah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang suatu brand.
“Ada influencer besar yang mampu jual barang, tapi ada juga yang hanya meningkatkan kesadaran, tapi itu penting. Ketika kita udah berhasil meningkatkan brand awareness, masyarakat jadi tau, tertarik dan membeli produk. Selain itu, produk juga harus tetap menarik, karena produk yang tidak menarik tidak akan dibeli walaupun sudah dipromosikan oleh KOL,” pungkasnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)