Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Harga Minyak Brent dan WTI Turun, Ini Penyebabnya

Nasya Emmanuela Lilipaly , Jurnalis-Kamis, 20 Juli 2023 |08:07 WIB
Harga Minyak Brent dan WTI Turun, Ini Penyebabnya
Harga Minyak Mentah Turun. (Foto: Okezone.com/Reuters)
A
A
A

JAKARTA - Harga minyak menurun pada akhir perdagangan Rabu. Penurunan terjadi karena investor mengambil untung menyusul kenaikan sebelumnya di tengah pasokan minyak mentah AS yang lebih ketat dan janji China untuk menghidupkan kembali pertumbuhan ekonominya.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September tergelincir 17 sen menjadi USD79,46 per barel di London ICE Futures Exchange.

Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus jatuh 40 sen menjadi menetap di USD75,35 per barel di New York Mercantile Exchange.

Harga minyak memangkas kenaikan di akhir sesi setelah kedua kontrak naik lebih dari satu dolar AS per barel.

Seorang Analis Price Futures Group Phil Flynn, menilai pelaku pasar mengambil keuntungan dari harga yang lebih tinggi. Kekuatan dalam indeks dolar AS juga membebani harga.

Greenback yang lebih kuat membuat minyak mentah lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain.

"Ini adalah akhir dari sebuah era. Kami diingatkan bahwa rilis SPR telah berakhir, dan pasar akan berada pada pijakan yang jauh lebih kokoh," ujarnya, dikutip dari Antara, Kamis (20/7/2023).

Membatasi kerugian, persediaan minyak mentah AS turun 708.000 barel pada minggu lalu menjadi 457,4 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi para analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 2,4 juta barel, data Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan pada Rabu (19/7/2023).

Data menunjukkan persediaan di Cadangan Minyak Strategis (SPR) naik untuk pertama kalinya sejak Januari 2021, karena AS mencoba untuk mengisi kembali cadangannya menyusul rekor penurunan tahun lalu.

Dalam langkah yang dapat meningkatkan permintaan minyak, perencana ekonomi utama China berjanji pada Selasa (18/7/2023) akan meluncurkan kebijakan untuk "memulihkan dan memperluas" konsumsi di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Data AS pada Selasa (18/7/2023) menunjukkan penjualan ritel naik kurang dari yang diharapkan pada Juni mendorong pandangan bahwa Federal Reserve akan berhenti menaikkan suku bunga. Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya pinjaman dan dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi serta mengurangi permintaan minyak.

Tanda positif lainnya, anggota dewan gubernur Bank Sentral Eropa Klaas Knot pada Selasa (18/7/2023) menyatakan bahwa kenaikan suku bunga di luar pertemuan ECB minggu depan "sama sekali bukan kepastian."

"Pedagang mulai menjadi jauh lebih optimis karena inflasi mereda. ... Setiap perbaikan data inflasi juga berarti peningkatan permintaan minyak," kata Naeem Aslam dari Zaye Capital Markets.

(Feby Novalius)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement