"Penerimaan Bea Masuk tumbuh 4,65% (yoy), didorong oleh kenaikan tarif efektif, pertumbuhan BM kendaraan dan menguatnya kurs USD meskipun terjadi penurunan basis impor. Sementara itu, penerimaan cukai menurun 12,20% (yoy) karena total produksi yang menurun utamanya dari Golongan 1," ungkapnya.
Bea Keluar juga mengalami penurunan sebesar 76,97% (yoy) akibat penurunan harga Crude Palm Oil (CPO) dan adanya kebijakan pembersihan (flush out) stok CPO yang mendorong tingginya ekspor CPO pada Juni 2022.
Sementara itu, kinerja PNBP hingga akhir Juni 2023 meningkat dibandingkan periode sebelumnya, mencapai Rp302,1 triliun (68,5% dari target) atau tumbuh 5,5% (yoy).
Capaian positif ini terutama didorong oleh peningkatan pendapatan SDA non-migas (120,8% dari target) yang disebabkan oleh penyesuaian tarif iuran produksi/royalti batu bara dengan berlakunya PP 26/2022 tentang Tarif Atas Jenis PNBP yang Berlaku pada Kementerian Energi dan SDM.
"Selain itu, realisasi pendapatan Kekayaan Negara Dipisahkan (KND) mencapai 86,3% dari Target, juga turut meningkatkan PNBP, didorong setoran dividen BUMN perbankan dan non-perbankan," ungkap Sri.
Sementara pendapatan SDA Migas (45,8% dari Target) mengalami perlambatan akibat penurunan Indonesian Crude Price (ICP) dan lifting minyak bumi.
PNBP lainnya (73,2% dari Target) sedikit mengalami penurunan yang disebabkan oleh penurunan pendapatan Penjualan Hasil Tambang (PHT) dan belum adanya realisasi pembayaran denda dan kompensasi perusahaan batu bara yang melanggar ketentuan Domestic Market Obligation (DMO).
"Serta Pendapatan BLU (46,3% dari target) yang juga mengalami perlambatan akibat penurunan pendapatan dari pengelolaan dana perkebunan kelapa sawit," pungkas Sri.
(Taufik Fajar)