Pendapatan negara terdiri dari penerimaan perpajakan yang direncanakan sebesar Rp2.307,9 triliun dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) senilai Rp473,0 triliun.
Sementara belanja negara RpRp3.304,1 triliun terdiri dari belanja pemerintah pusat (BPP) sebesar Rp2.446,5 triliun dan transfer ke daerah Rp857,6 triliun.
Sri Mulyani membandingkan RAPBN 2024 dengan catatan APBN 2020 yang menghadapi tantangan dari pandemi COVID-19. Terdapat kenaikan signifikan pada pendapatan negara, yakni sebesar Rp1.133,5 triliun dari Rp1.647,8 triliun pada APBN 2020.
Sementara belanja negara naik Rp708,7 triliun dari Rp2.595,5 triliun pada 2020.
Bendahara Negara menyebut peningkatan tersebut menunjukkan perbaikan APBN yang makin sehat. Bila mempertimbangkan Indonesia yang mencatat pertumbuhan ekonomi di atas 5% selama tujuh kuartal berturut-turut di tengah kerentanan global, Sri Mulyani mengatakan Indonesia memiliki kombinasi struktur ekonomi yang sangat langka di dunia.
Namun, Sri Mulyani menyatakan akan mengelola pembiayaan dengan defisit Rp522,8 triliun dengan sangat hati-hati. Sebab, perekonomian global ke depan makin sulit untuk diprediksi
(Taufik Fajar)