Kekhawatiran juga memuncak bahwa Federal Reserve AS belum selesai menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi. Biaya pinjaman yang lebih tinggi dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan pada gilirannya mengurangi permintaan minyak secara keseluruhan.
Harga acuan minyak semakin tertekan oleh melemahnya permintaan musiman menjelang musim gugur, kata Jay Hatfield, CEO Infrastructure Capital Management.
Hatfield memperkirakan permintaan akan bertahan di China, meskipun ekonominya melambat dan memperkirakan harga minyak akan diperdagangkan antara USd75 hingga USD90 per barel selama beberapa bulan mendatang.
(Feby Novalius)