JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) kembali ditutup melemah 33 poin di level Rp15.327 pada perdagangan Kamis (7/9/2023).
Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar menguat terpengaruh perekonomian AS yang menunjukkan ketahanan Data yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan bahwa aktivitas sektor jasa AS tumbuh lebih besar dari perkiraan pada bulan Agustus, dengan ukuran harga di sektor tersebut juga meningkat lebih lanjut.
"Data tersebut memicu kekhawatiran bahwa inflasi akan tetap stabil dalam jangka pendek, sehingga memunculkan prospek hawkish yang berkelanjutan dari Federal Reserve," tulis Ibrahim dalam analisisnya.
Adapun data pengangguran di sesi nanti diperkirakan menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap sehat, dengan klaim pengangguran awal diperkirakan sedikit meningkat menjadi 235.000 dari 228.000 pada minggu sebelumnya.
Kemudian yang menarik pada hari Kamis adalah banyaknya pejabat Fed yang akan berbicara pada konferensi fintech yang diselenggarakan oleh Philly Fed, sebelum mereka memasuki periode blackout menjelang pertemuan mereka akhir bulan ini.
Para pembuat kebijakan di Bank Sentral Eropa (ECB) memperingatkan para investor pada hari Rabu bahwa bank sentral masih dapat menaikkan suku bunga lagi, yang merupakan kenaikan suku bunga ke-10 berturut-turut, ketika mereka bertemu minggu depan.
Namun, dengan memburuknya aktivitas ekonomi di seluruh wilayah, muncul ekspektasi bahwa Dewan Pengurus akan memilih untuk berhenti sejenak, bahkan jika mereka tetap membuka pintu untuk tindakan lebih lanjut.
Dari sentimen internal, Bank Indonesia (BI) mengatakan, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Agustus 2023 sebesar USD137,1 miliar. Angka itu turun tipis dibandingkan dengan posisi pada akhir Juli 2023 sebesar USD137,7 miliar.
Penurunan posisi cadangan devisa tersebut disebabkan terpengaruh oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.
Sedangkan, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Ke depan, BI memandang cadangan devisa akan tetap memadai. Hal itu didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga. Seiring dengan respons bauran kebijakan yang ditempuh BI dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Disisi lain, BI yang independen terus melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi dalam transaksi Non-Deliverable Forward di pasar domestik (Domestik NDF/DNDF) dan BI terus memonitor dan menjaga laju pertumbuhan ekonominya dengan kembali mempertahankan suku bunga acuan dalam pertemuan bulan Agustus 2023 guna untuk mengimbangi pemerintah dalam menerapkan kebijakan strategi bauran yang berhasil menarik dan memantik modal asing kembali masuk dalam negeri.
Berdasarkan sentimen diatas, mata uang rupiah untuk perdagangan selanjutnya diprediksi bergerak fluktuatif cenderung ditutup melemah di rentang Rp15.310 - Rp15.380.
(Taufik Fajar)