JAKARTA – Keuntungan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB)? jika dibandingkan dengan kereta yang memiliki rute sama lainnya yakni Kereta Api (KA) Argo Parahyangan bisa dilihat dari berbagai sisi.
Seperti diketahui, KCJB saat ini (September 2023) sudah mulai beroperasi dengan masa uji coba intensif yang dilakukan PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) bersama Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk mendapat sertifikasi izin operasional. Sertifikasi tersebutlah yang nantinya menjadi legalitas KCJB untuk beroperasi secara komersial pada 1 Oktober 2023 mendatang—menurut rencana Kemenhub termutakhir.
Kereta dengan rute Jakarta-Bandung sudah ada, ini keuntungan Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang dirangkum Okezone, Rabu (13/9/2023):
1. Waktu Tempuh Lebih Singkat
Sesuai namanya, Kereta Cepat Jakarta-Bandung memang lebih cepat daripada kereta normal yang beroperasi dengan rute yang sama.
KCJB bisa mencapai tujuan dengan waktu tempuh tak lebih dari satu jam. Belum diketahui waktu tepatnya ketika sudah benar-benar mulai dioperasikan secara komersial, karena pihak KCIC masih terus melakukan percobaan. Namun rentang waktu yang digunakan untuk rute perjalanan terjauh berada di kisaran 30 menit hingga 50 menit, tergantung kereta hendak dipacu dengan kecepatan setinggi apa. Itu dicapai dengan rute perjalanan kereta cepat terjauh yang mencapai 142 km dengan 4 stasiun pemberhentian; Stasiun Halim, Stasiun Karawang, Stasiun Padalarang dan Stasiun Tegalluar.
Sementara itu, KA Argo Parahyangan yang ingin mencapai tujuan Bandung atau Jakarta bisa memakan waktu mulai dari 2 jam 40 menit hingga 3 jam. Rute perjalanannya mencapai 173 km dengan pemberhentian di 4-5 stasiun.
Lebih lanjut, belum diketahui berapa kecepatan operasional KCJB nantinya, namun kecepatannya bisa mencapai maksimum hingga 385 km/jam. Sedangkan KA Argo Parahyangan memiliki kecepatan operasional 60 km/jam—120 km/jam.
2. Kurangi Kemacetan di Jalanan
Keberadaan kereta cepat bisa mengurangi kemacetan di jalanan. Hal itu bisa tercapai bila banyak pengguna kendaraan pribadi mau beralih menggunakan kereta. Sehingga nantinya opsi perjalanan Jakarta-Bandung akan lebih bervariasi dan akhirnya membuat volume kendaraan pribadi di jalanan turut berkurang.
Poin ini bisa tercapai di antaranya bila penumpang merasa waktu tempuh yang lebih cepat memang berharga dan moda transportasi KCJB terasa lebih modern daripada pendahulunya Argo Parahyangan.
3. Tarif Diskon
Keuntungan lainnya menaiki Kereta Cepat Jakarta-Bandung adalah mendapatkan diskon tarif menjadi Rp250 ribu pada 3 tahun pertamanya beroperasi.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama (Dirut) KCIC, Dwiyana Slamet Riyadi, yang mendapat informasi langsung dari Kemenhub selaku regulator pemberlakuan tarif kereta cepat. Dia juga sempat menyatakan bahwa tarif KCJB tidak mendapatkan subsidi dari pemerintah.
Lantas jika mengenyampingkan keuntungan-keuntungan di atas, penumpang kereta cepat sejatinya juga akan terhindar dari kemacetan jalur transportasi kendaraan pribadi Jakarta-Bandung. Meski hal itu sudah bisa dirasakan dengan fasilitas kereta yang sudah tersedia sebelumnya. Perbedaannya akan lebih terasa bagi yang belum pernah merasakan langsung manfaat dari penggunaan kereta.
Lebih dari itu beberapa pandangan kontra menilai bahwa pembangunan KCJB tidak efisien. Lantaran rute kereta terjauhnya hanya berjarak 142 km, terlalu pendek untuk melihat hasil signifikan dari penerapan kereta cepat terhadap waktu yang dipangkas. Terlebih di jarak itu masih harus berhenti di 3 stasiun pemberhentian terlebih dahulu.
Terkait kepastian apakah KA Argo Parahyangan akan tetap beroperasi atau tidak setelah KCJB beroperasi, serta pandangan-pandangan yang menganggap KCJB akan mematikan KA Argo Parahyangan.
Direktur Jenderal Perkeretaapian (DJKA), Kemenhub Risal Wasal berulang kali mengatakan di sejumlah kesempatan bahwa KA Argo Parahyangan tetap beroperasi. Selain itu, kedua jenis kereta yang dimaksud juga tidak diperuntukkan untuk segmen pasar yang sama dan jalur rel yang digunakan juga berbeda.
"Karena ini berbeda jalur yang dilalui kereta cepat dengan Argo Parahyangan, dan masyarakat yang dilayani juga agak beda," ungkap Risal.
(Taufik Fajar)