Melihat harga beras yang terus mengalmai kenaikan setiap bulannya hingga selalu berada di atas HET, Yeka memberikan beberapa rekomendasi kebijakan untuk pemerintah dalam rangka melakukan stabilisasi harga beras di pasar.
Pertama adalah mengontrol harga gabah, bukan mengatur harga tertinggi beras lewat HET.
Sebab jika pemerintah tidak mampu mengatur harga gabah dan membiarkan harga gabah tinggi, sudah otomatis harga beras menjadi mahal.
"Untuk jangka pendek ini dalam satu bulan lah, biar tidak liar, ini ada alternatif yang jelas, satu pastikan harga gabah jangan dibiarkan liar, harus dibatasi. Silahkan petani berdiskusi dengan pemerintah ada di level berapa," kata Yeka dalam Market Review IDX Channel, Rabu (20/9/2023).
BACA JUGA:
Selanjutnya Ombudsman juga menyarankan pemerintah untuk mencabut kebijakan HET.
Kebijakan itu dikhawatirkan bakal mengulang kondisi serupa yang sempat dialami minyak goreng.
Produsen memilih untuk menyimpan stoknya ketimbang harus menjual dengan harga yang dipaksakan oleh Pemerintah.
Hal itu akan berdampak buruk pada sebuah situasi kelangkaan, apabila beras mulai sulit dicari dipasaran.
Ketiga dengan memantau ketersediaan gabah, hal itu dapat dilakukan dengan membatasi pengiriman gabah dari satu provinisi ke provinisi lainnya.
Misalnya Jawa Barat mendatangkan gabah dari Lampung, Lampung mengirim gabah juga ke Banten, dan sebagainya.
"Tujuannya agar penggilingan padi di masing-masing provinsi yang punya Gabah, sekarang banyak Penggiling padi yang mati dan tidak bisa beroperasi, padahal mereka punya utang ke bank, saat ini kesusahan," sambung Yeka.
Selain itu, pemerintah juga harus gencar melakukan operasi pasar langsung.
Sebab saat ini pola operasi pasar yang dilakukan Pemerintah melalui Bulog belum menyasar konsumen akhir, tapi mengandalkan pihak kedua untuk menyalurkan beras ke masyarakat seperti melalui Cipinang.
Sedangkan untuk rekomendasi kebijakan jangka menengah, pemerintah disarankan untuk melakukan tanam padi yang masif.
Sebab persoalan harga beras adalah menyangkut sisi produksi, ketika produksi berkurang dan pasokan menipis, maka otomatis harga bergerak naik.
"Terkahir untuk jangka menengah, mari kita pahami bahwa persoalan ini adalah persoalan produksi, segera all out, pupuk kalau bisa digratiskan, benih diberikan kepada petani, irigasi segera diperbaiki, agar beberapa bulan kedepan kita bisa panen padi lebih banyak lagi," pungkasnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)