Untuk itulah, lanjutnya, optimalisasi digitalisasi memang harus terus didorong. Apalagi Pertamina yang bisnisnya bukan hanya di dalam negeri, namun sudah merambah mancanegara. Dalam kondisi demikian, lanjutnya, sangat mungkin bagi Pertamina untuk melakukan digitalisasi di seluruh proses bisnis.
“Sebagai BUMN besar, digitalisasi Pertamina juga harus lebih advance untuk bersaing dengan BUMN asing. Karena kita tahu di negara maju, termasuk Temasek di Singapura, rata-rata digitalisasi mereka juga lebih advance,” katanya.
Sebelumnya, pada acara Forum Digital BUMN (Fordigi) Summit 2023 pekan ini, Pertamina memang menyampaikan tekad untuk menjalankan bisnis dengan memanfaatkan teknologi digital.
Guna mewujudkan bisnis yang lebih agresif dan efisien, Pertamina mengoptimalkan kinerja operasional dengan memperkuat digitalisasi di seluruh lini bisnisnya, mulai dari hulu, pengolahan hingga pemasaran.
Di sektor hulu, misalnya, pemanfaatan teknologi digital dilakukan pada alur bisnis sejak awal hingga akhir (end-to-end process).
“Supply chain yang dilakukan saat ini telah memanfaatkan teknologi digital. Tujuannya untuk meningkatkan lifting migas, memitigasi unplanned shutdown dan loss production,” kata Direktur Penunjang Bisnis Pertamina, Erry Widiastono pada acara tersebut.
(Dani Jumadil Akhir)