JAKARTA - Harga minyak dunia meroket hingga 7,5% pada perdagangan Jumat. Brent pun mengumumkan kenaikan mingguan tertingginya sejak Februari, mencapai 7,5%.
Kenaikan harga minyak karena para investor memproyeksikan kemungkinan eskalasi konflik di Timur Tengah makin melebar dengan Israel yang memulai serangan daratnya di Jalur Gaza.
"Brent berjangka ditutup naik USD4,89 atau 5,7% pada harga USD90,89 per barel," dilansir MNC Portal Indonesia dari Reuters di Jakarta, Sabtu (14/10/2023).
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) pun naik sebesar USD4,78 atau 5,8% menjadi USD87,69 per barel. Untuk kenaikan mingguan WTI bahkan lebih tinggi dari 4%, mencapai level 5,9%.
Kedua tolak ukur tersebut kemudian membukukan persentase kenaikan harian yang tertinggi sejak bulan April lalu.
Pada dasarnya, konflik di Timur Tengah berdampak kecil terhadap pasokan minyak dan gas global, sementara Israel bukanlah produsen besar.
Hanya saja, para investor dan pengamat pasar tengah mengkaji bagaimana konflik ini bisa tereskalasi dan dampaknya terhadap pasokan dari negara-negara terdekat di kawasan penghasil minyak terbesar dunia.
Pasalnya, kawasan Timur Tengah bertanggung jawab atas lebih dari sepertiga perdagangan lintas laut di dunia.
Di sisi lain, AS menjatuhkan sanksi terhadap dua perusahaan pelayaran yang diduga melanggar batas harga G7 pada level USD0,60 per barel terhadap minyak Rusia pada Kamis (12/10) kemarin.
Adapun penjatuhan sanksi ini ditujukan dalam rangka menjaga pasokan energi mengalir di pasar global, sembari membatasi keuntungan minyak Rusia.
(Feby Novalius)