JAKARTA - Buruh angkat bicara soal kecelakaan kerja yang terjadi di PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng) yang mengakibatkan banyak korban.
Buruh mengatakan bahwa pemerintah tidak boleh mengabaikan aspek keselamatan pekerja dan tegas dalam hal tersebut.
BACA JUGA:
Selanjutnya berdasarkan keterangan resmi dari Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), kecelakaan kerja terjadi sekitar pukul 05.30 WITA. Kecelakaan tersebut juga bermula dari yang dialami sejumlah pekerja saat melakukan perbaikan tungku dan pemasangan plat pada bagian tungku.
Saat investigasi awal ditemukan penyebab ledakan diperkirakan karena bagian bawah tungku masih terdapat cairan pemicu ledakan. Sehingga saat proses perbaikan tersebut, terjadi ledakan.
BACA JUGA:
Kemudian di lokasi juga terdapat banyak tabung oksigen yang digunakan untuk pengelasan dan pemotongan komponen tungku. Akibatnya, ledakan pertama memicu beberapa tabung oksigen di sekitar area ikut meledak.
Jumlah korban diketahui sebanyak 51orang. Dua belas orang menjadi korban jiwa pada peristiwa, terdiri dari 7 tenaga kerja Indonesia dan 5 Tenaga Kerja Asing. Korban luka ringan dan berat sebanyak 38 korban luka-luka dan sedang ditangani oleh medis.
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal mengatakan bahwa hal itu merupakan dampak dari investasi Cina di Morowali menyebabkan upah murah dan mengabaikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Mengingat saat ini Pemerintah juga tengah menggencarkan hilirisasi dan mengundang perusahaan asing masuk ke dalam negeri untuk mengolah sumber daya alam.
"Persoalan K3 sudah terjadi berulang-ulang. Bahkan sampai memakan korban jiwa. Ini tidak bisa dibiarkan," kata Said Iqbal dalam keterangan tertulisnya, dikutip Selasa (26/12/2023).
Berdasarkan data dari Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi asing tumbuh subur di Sulawesi Tengah setidaknya sejak awal tahun 2023 lalu.
Terdapat investasi yang dibagi menjadi per kuartal dan terus bertambah proyek, misalnya pada kuartal I 2033 lalu, realisasi investasi asing di Sulawesi Tengah mencapai USD1,94 miliar atau setara Rp30,07 triliun dengan totalitas 225 proyek. Kemudian pada kuartal II bertambah lagi sekitar USD1,71 miliar atau setara Rp26,50 triliun untuk menggarap 218 proyek.
Selanjutnya, pada kuartal III 2023 lalu bertambah lagi USD1,77 miliar atau setara Rp27,36 triliun untuk tambahan 276 proyek.
Jika di akumulatif, sejak Januari hingga September 2023 ada USD5,44 miliar atau setara Rp83,94 triliun (kurs:15.430) investasi yang masuk ke Sulawesi Tengah.
Iqbal mengatakan, pemerintah harus memperhatikan aspek K3 ketika mulai banyak proyek-proyek investasi asing yang masuk ke Indonesia dan membuka lapangan pekerjaan.
"Penerapan K3 harus benar-benar dipastikan berjalan dan ada sanksi berat bagi yang melanggar. Karena persoalan K3 sudah sering terjadi, kami juga meminta pidanakan pengusaha. Seringnya terjadi kasus, hal itu menunjukkan bukan saja karena kelalaian, tetapi diduga akibat terjadinya pembiaran," ujarnya.
Baca Selengkapnya: Ledakan Smelter ITSS, Buruh Minta Pemerintah Tidak Abai Aspek Keselamatan Kerja Karyawan
(Zuhirna Wulan Dilla)