JAKARTA - JPMorgan memilih India sebagai pasar nomor nomor satu di Asia. India menjadi salah satu pasar favorit secara global.
“Ini adalah pasar nomor satu kami saat ini,” kata Ahli Strategi Ekuitas Asia, Mixo Das, dilansir dari dari cnbc.com.
Dia menekankan bahwa negara di Asia Selatan akan terus mendapatkan keuntungan yang sangat besar dengan semakin banyaknya yang mengadopsi strategi “China plus one”.
Walaupun Vietnam merupakan pesaing kuat bagi perusahaan-perusahaan yang ingin mendirikan fasilitas manufaktur. India mampu memenuhi yang diinginkan oleh investor global dan produsen global dengan memiliki ukuran dan skala yang cukup untuk sepenuhnya menggantikan atau menambahkan kapasitas.
“India memiliki ukuran dan skala yang cukup untuk sepenuhnya menggantikan atau menambah kapasitas yang tampaknya diinginkan oleh investor global dan proden global,” kata Das pada Selasa, 16 Januari 2024..
Seperti halnya pada bulan Agustus, Perusahaan Apple membuka toko pertamanya di India dengan mulai memproduksi IPhone 15. Hal ini memicu optimisme bahwa perusahaan besar lainnya juga akan melihat India sebagai tujuan manufaktur yang menguntungkan.
Perusahaan yang sudah memiliki basis di India juga memperluas kapasitas produksinya. Maruti Suzuki, produsen mobil terbesar di negara tersebut mengumumkan bahwa mereka akan menginvestasikan USD4,2 miliar setara Rp65,3 triliun (kurs Rp15.500 per USD) pada pekan lalu. Investasi tersebut bertujuan untuk embangun pabrik kedua di India.
Bahkan VinFast, pembuat mobil listrik asal Vietnam mengatakan awal bulan Januari pihaknya berencana menghabiskan sekitar USD2 miliar setara Rp31 triliun (kurs Rp15.500 per USD) untuk mendirikan pabrik di India.
Semua hal ini memperkuat sentimen investor yang sudah tinggi dengan pasar saham India yang menjadi salah satu pasar saham dengan kinerja terbaik di Asia pada tahun lalu.
Pasar India juga telah memulai tahun baru dengan pijakan yang kuat, dengan Nifty 50 dan BSE Sensex mencapai rekor tertinggi masing-masing 22.081,95 dan 73.000 selama sesi perdagangan Senin sore Asia.
Bearish terhadap China
Meskipun India tetap menjadi favorit JPMorgan, perekonomian China telah melambat. Lantaran pasar sahamnya mencatat penurunan tahunan selama tiga tahun berturut-turut pada tahun 2023. Meskipun demikian, mungkin masih ada kantong pertumbuhan.