6. Zulhas Ungkap Penyebab Mahalnya Betas
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan buka suara soal mahalnya harga beras. Dia menilai faktor yang menyebabkan harga beras melambung dan mengalami kelangkaan adalah karena banyak pedagang beras eceran yang tak mau menjual beras dari Perum Bulog.
Zulhas, sapaan akrabnya, mengatakan fenomena ini terjadi karena harga beli yang terlalu mahal, sehingga keuntungan bagi penjual ritel terlalu sedikit. Diketahui, Perum Bulog telah mengizinkan para pedagang eceran untuk membeli beras SPHP yang merupakan program Stabilitas Pasokan Harga Pangan.
“Pasar agak malas jual beras Bulog yang berasnya bagus, tapi harganya (keuntungan) murah. Untungnya cuma Rp200, maka subsidinya sekarang dinaikkan jadi Rp500, dipacking 5 kilo,” kata Zulkifli saat ditemui di TPS 179, Kelurahan Cipinang Muara, Jatinegara, Jakarta Timur.
Selama ini masyarakat, terangnya, membeli beras SPHP seharga Rp10.900 per kilogram, sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET). Harga beli tersebut dinilai memberikan keuntungan yang tipis, sehingga membuat peritel mengambil dari pihak lain.
“Nah untuk mengatasi harga mahal itu, pemerintah melalui bulog supply ke pasar-pasar sekarang 100.000 ton sampai 200.000 ton, sekarang ditingkatkan menjadi 250.000 ton per bulan,” terangnya.
Adapun Zulhas juga menyinggung faktor panen yang lambat sehingga mengganggu persediaan.
“Kelangkaan memang karena panen lambat, tapi kan kita sudah isi dengan impor,” tandasnya.
7. Impor 443 Ribu Ton Betas
Indonesia telah mengimpor beras 443 Ribu Ton di Januari 2024. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor beras Indonesia pada Januari 2024 tercatat sebesar USD279,2 juta.
Impor beras turun 16,73% secara bulanan, namun naik 135,12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Dapat kami sampaikan impor beras Januari 2024 senilai USD279,2 juta. Sebagai perbandingan, impor beras pada Januari 2023 tercatat USD118,7 juta," jelas Plt Kepala BPS Amalia Widyasanti.
Amalia mengatakan, impor beras terbanyak berasal dari Thailand dengan volume mencapai 237,64 ribu ton, dari Pakistan 129,78 ribu ton dan dari Myanmar 41,64 ribu ton.
"Dari Thailand senilai USD153 juta kemudian dari Pakistan senilai USD79,3 juta dan ketiga dari Myanmar senilai USD23,98 juta. Pertumbuhan nilai impor beras secara month to month turun sebesar 16,73% tapi secara year on year naik sebesar 135,12%," tuturnya.
(Feby Novalius)