JAKARTA – Potensi ekonomi syariah di Indonesia mencapai sekitar Rp4.000 triliun. Namun, baru sekitar 10% yang dimaksimalkan. Untuk itu, investasi di sektor ekonomi dan keuangan syariah adalah yang paling menjanjikan.
“Investasi di jalan ekonomi dan keuangan syariah inilah pilihan yang paling benar. Karena ternyata masih ada 90% atau sekitar Rp3.600 triliun yang belum teroptimalkan. Jadi potensi yang sangat besar ada di fesyen, properti kemudian ada di ziswaf, dan di perbankan, salah satunya yang terbesar yang kini sudah maju yakni BSI, inshaAllah menyusul Bank Muamalat dan BTN Syariah,” tutur Tokoh Ekonomi Syariah Muhammad Arief Rosyid Hasan, Senin (26/2/2024).
Dalam sambutannya, Arief yang juga mantan Komisaris Bank Syariah Indonesia (BSI) menyampaikan semua pembiayaan di sektor syariah bisa jauh lebih besar.

“Jadi mumpung semua pembiayaan di sektor syariah jauh lebih besar, mumpung semua sedang dibesarkan perbankannya tentu saja turunan bisnisnya tentu saja akan semakin berkembang,” sambungnya.
Selain itu, Dia menyebut, visi Indonesia Maju tak mungkin bisa diwujudkan jika ekonomi dan keuangan syariah tidak ikut bertumbuh besar.
“Jadi Indonesia Maju, pertumbuhan ekonomi kita nanti katanya bisa 6-7%, harapannya ke depan mencapai 10%. Pendapatan per kapita kita masih diangka 4.580 USD, untuk menjadi Negara Maju harus tiga kali lipat, mencapai 13 ribu USD misalnya. Tidak bakal tercapai kalau ekonomi dan keuangan syariah tidak signifikan. Mengapa? Karena 87% penduduk Indonesia ini adalah Muslim,” ujar Arief.
Karena itu ia menekankan pentingnya memperluas aktivitas ekonomi usaha di sektor ekonomi syariah. Sebab kata Arief, ekonomi dan keuangan syariah sangat berpotensi di masa saat ini dan masa mendatang.
“Sektor ekonomi keuangan syariah ini sangat potensial tidak hanya di masa-masa yang akan datang tapi di masa- masa yg sekarang, karena bank-nya lagi digedein, semua sama pemerintah, ke depan tentu dibutuhkan afirmasi-afirmasi dari pemerintah,” ungkapnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)