JAKARTA - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) meraup laba bersih Rp6,1 triliun pada 2023. Laba bersih ini turun 51,5% jika dibandingkan dengan realisasi laba bersih 2022 sebesar Rp12,6 triliun.
Sementara itu, PTBA mencatatkan pendapatan sebesar Rp38,5 triliun dan laba bruto sebesar Rp9,2 triliun. Sedangkan total aset perusahaan per 31 Desember 2023 sebesar Rp38,8 triliun.
"Setelah dikurangi biaya usaha, PTBA membukukan laba bersih Rp6,1 triliun," kata Direktur Utama PTBA Arsal Ismail dalam Konferensi Pers Tahun Buku 2023 PTBA di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Jumat (8/3/2024).
Arsal menyebutkan pada Januari sampai Desember 2023, total produksi batubara PTBA mencapai 41,9 juta ton, tumbuh 13% dibanding tahun 2022 yang sebesar 37,1 juta ton. Capaian produksi ini berhasil melampaui target sebesar 41 juta ton yang ditetapkan pada awal tahun 2023.
"Kenaikan produksi ini diikuti dengan peningkatan volume penjualan batu bara menjadi 37,0 juta ton, naik 17% dibanding tahun sebelumnya," katanya.
Arsal menambahkan, perseroan juga mencatat penjualan ekspor sebesar 15,6 juta ton atau naik 25% dibanding tahun 2022. Sementara penjualan domestik tercatat sebesar 21,4 juta ton atau tumbuh 12% secara tahunan (year on year).
Arsal menjelaskan, PTBA masih dihadapkan beberapa tantangan diantaranya koreksi harga batu bara dan fluktuasi pasar. Menurutnya, rata-rata harga batu bara ICI-3 terkoreksi sekitar 34% dari USD 127,8 per ton pada Januari- Desember 2022 menjadi USD84,8 per ton secara tahunan.
"Kalau masalah harga batu bara ditentukan pasar dunia, kami komitmen jaga perusahaan tetap positif, besaran laba tergantung harga komoditas batu bara, ketika harga turun kita efisiensi agar kinerja tetap positif," ujarnya.
Sementara, Harga Pokok Penjualan mengalami kenaikan, di antaranya pada komponen biaya royalti, angkutan kereta api, dan jasa penambangan.
Oleh karena itu, lanjut Arsal, PTBA terus berupaya memaksimalkan potensi pasar di dalam negeri serta peluang ekspor untuk mempertahankan kinerja baik. Selain itu, Perseroan berharap agar pembentukan Mitra Instansi Pengelola (MIP) dapat segera terealisasi dan memberikan dampak baik bagi kinerja keuangan PTBA.
"Perseroan juga konsisten mengedepankan cost leadership di setiap lini perusahaan, sehingga penerapan efisiensi secara berkelanjutan dapat dilakukan secara optimal," kata Arsal.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PTBA Farida Thamrin menjelaskan, kondisi kinerja keuangan 2023 berbeda dengan tahun 2022, yang di mana kinerja 2022 ditopang kenaikan harga batu bara. Namun kini harga batu bara turun.
"Sisi biaya hampir semuanya sama, ada komponen biaya yang timbul, pengangkutan dan pertambangan. Kita lakukan efisiensi cost, kita harapkan di 2024 jika harga batu bara turun, laba masih bisa tumbuh," katanya.
Sementara itu, pada 2024, PTBA menargetkan produksi batu bara sebesar 41,3 juta ton, penjualan 43,1 juta ton, serta angkutan 33,7 juta ton.
(Dani Jumadil Akhir)