Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Tak Mungkin Orang Indonesia Tidak Makan Nasi, Harga Beras Naik Berapapun Tetap Dibeli

Iqbal Dwi Purnama , Jurnalis-Kamis, 18 April 2024 |15:16 WIB
Tak Mungkin Orang Indonesia Tidak Makan Nasi, Harga Beras Naik Berapapun Tetap Dibeli
Harga beras dunia (Foto: MPI)
A
A
A

JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menyoroti adanya kenaikan nilai tukar rupiah masih berada di level Rp16.000/USD. Lalu ditambah dengan adanya kenaikan harga beras ditingkat global.

Arief menegaskan beras merupakan pangan pokok masyarakat luas, sehingga berapapun harganya ketersedian menjadi fokus utama pemerintah. Termasuk ketika harga dolar menguat dan kenaikan harga beras di tingkat global.

"Kita kalau tidak makan nasi kan tidak mungkin, jadi harus disediakan, whatever the price (berapapun harganya)," ujar Arief usai Halal bi Halal Bapanas, Kamis (18/4/2024).

Meski demikian, Arief menjelaskan saat ini Pemerintah tengah melakukan stress test atau melakukan analisis dan simulasi untuk menguji ketahanan fiskal negara dalam merespon situasi makro ekonomi global.

Pasalnya, pemerintah dan DPR sebelumnya telah menyepakati asumsi dasar ekonomi makro pada APBN 2024, misalnya untuk harga minyak dunia (ICP) sebesar USD82 per barel, lifting minyak sebesar 635 ribu barel per hari, serta lifting gas sebesar 1,033 juta barel setara minyak per hari.

Selain itu nilai tukar rupiah sepanjang tahun 2024 diasumsikan berada di level Rp15.000/USD, suku bunga SBN 10 tahun sebesar 6,7%, pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2%, inflasi yang terkendali sebesar 2,8%, dan suku bunga SBN 10 tahun sebesar 6,7%.

Komponen-komponen tersebutlah yang menjadi pembentuk harga dalam melakukan importasi sebuah komoditas. "Kita sedang stress test, sampai di berapa harganya , tapi tidak mungkin tidak makan, ketika harga beras Rp18 ribu, kan tetap ketersediaan harus dijaga," sambung Arief.

Arief menjelaskan saat ini harga beras dunia berada di level USD670 per ton, padahal harga sebelumnya hanya USD460 per ton. Situasi tersebut sudah membuat Pemerintah tentunya lebih banyak menggelontorkan APBN untuk pengadaan beras, belum lagi ditambah nilai tukar yang rupiah yang melemah.

"(Sedang menghitung) misalnya harga beras harganya 630 dolar per metrik ton, dengan currency 15.500 waktu itu, kalau 16 ribu berapa. Tapi insyaallah kita bisa melewati ini semua dengan baik," tutup Arief.

(Taufik Fajar)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement