JAKARTA – Perang Iran dan Israel berdampak kepada beberapa sektor, termasuk ekonomi. Salah satu dampaknya Rupiah semakin melemah atau terdepresiasi.
Wilayah Timur Tengah kini tengah memanas akibat perang yang terjadi antara Iran dan Israel. Perang tersebut berdampak kepada berbagai sektor termasuk sektor ekonomi di berbagai negara.
Head of Fixed Income Research Sinarmas Aryo Prabongso menyampaikan bahwa beberapa risiko yang mungkin ditimbulkan dari perang tersebut adalah meningkatnya harga minyak, modal keluar asing, serta depresiasi Rupiah.
“Peningkatan tensi tersebut itu memberikan adanya beberapa risiko, yang pertama itu risiko terkait adanya peningkatan harga minyak. Yang ditakutkan adalah bagaimana jika nanti harga tiketnya mencapai USD100 per barel, yang kedua itu adalah capital outflownya, yang ketiga itu adalah terkait tidak stabilnya atau terdepresiasinya Rupiah,” ujar Head of Fixed Income Research PT Sinarmas Aryo Prabongso pada diskusi publik secara daring, Selasa (23/4/2024).
Namun menurut Institutional Research PT Sinarmas Sekuritas Isfhan Helmy, kecil kemungkinan risiko tersebut untuk terjadi. Melihat kondisi saat ini, peningkatan harga minyak tidak begitu tinggi dan ada kemungkinan mengalami penurunan kembali.
“Kami melihat memang perang ini akan terbatas sebagai proxy war, yang terjadi hanya sebatas iran dan israel saling balas satu dan membalas menyerang. Kita lihat ini impact tidak akan begitu terasa terhadap perjalanan shipment dari minyak. Kita lihat kalau seandainya ini terjadi memang impact maksimum cuman di 8 dolar per barel artinya di 90an,” ujar Institutional Research PT Sinarmas Sekuritas Isfhan Helmy pada diskusi publik secara daring, Selasa (23/4/2024).