Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Wall Street Beragam, Indeks S&P dan Nasdaq Kompak Menguat

Anggie Ariesta , Jurnalis-Selasa, 04 Juni 2024 |07:07 WIB
Wall Street Beragam, Indeks S&P dan Nasdaq Kompak Menguat
Bursa saham Wall Street ditutup mixed (Foto: Ilustrasi Shutterstock)
A
A
A

JAKARTA - Wall Street ditutup beragam dengan indeks S&P 500 dan Nasdaq naik tipis dalam sesi yang tidak menentu pada perdagangan kemarin. Hal ini terjadi di tengah data sektor manufaktur yang lemah dan gangguan di Bursa Efek New York (NYSE) yang sempat menyebabkan penghentian perdagangan di lusinan ekuitas.

Mengutip Reuters, Dow Jones Industrial Average (.DJI) turun 115,29 poin, atau 0,30%, menjadi 38.571,03, S&P 500 (.SPX) naik 5,89 poin, atau 0,11%, menjadi 5.283,40 dan Nasdaq Composite (.IXIC) naik 93,66 poin, atau 0,56%, menjadi 16.828,67.

Gangguan di Bursa Efek New York telah memicu perubahan besar pada saham Berkshire Hathaway (BRKa.N) dan Barrick Gold. Perdagangan di sedikitnya 60 saham yang terdaftar di NYSE dihentikan karena volatilitas, sebelum bursa memperbaiki masalah teknis dan aktivitas dilanjutkan.

Patokan S&P 500 dan Nasdaq berakhir lebih tinggi setelah memangkas kerugian sebelumnya pada sesi tersebut, sementara Dow Jones melemah.

Saham teknologi (.SPLRCT), merupakan peraih keuntungan terbesar, sementara ekuitas energi (.SPNY) merupakan penurunan terbesar. Pasar telah mempertimbangkan data yang menunjukkan aktivitas manufaktur AS melambat selama dua bulan berturut-turut, yang meningkatkan kekhawatiran akan melemahnya pertumbuhan ekonomi.

"Ini adalah salah satu hari di mana orang-orang menunggu katalis berikutnya dengan pergerakan yang tidak menentu setelah laba," kata Keith Lerner, salah satu kepala investasi di Truist Advisory Services di Atlanta.

"Ada sedikit tarik menarik antara pasar yang melihat data yang melemah dan ekspektasi bahwa Fed akan memangkas suku bunga," tambah Lerner.

Menurut alat FedWatch CME, para pedagang melihat peluang sebesar 59% bahwa Fed akan mulai memangkas suku bunga pada bulan September, naik dari sekitar 53% sebelum data ISM dirilis. Imbal hasil obligasi 10 tahun AS yang menjadi acuan turun ke level terendah dalam dua minggu setelah data manufaktur yang lemah.

 

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement