JAKARTA – Kebijakan perdagangan saham periodic full call auction (FCA) dalam Papan Pemantauan Khusus (PPK) sangat mempengarui likuiditas perdagangan
Pengamat Pasar Modal Kartika Sutandi mengatakan bahwa persentase tingkat likuiditas di kalangan domestik mengalami penurunan sekitar 2% sedangkan saham yang termasuk ke dalam FCA mengalami penurunan tingkat persentase lebih dari 50%.
“Karena dengan likuiditas tak ada itu berarti risiko tambah tinggi, kalau risiko tambah tinggi berarti required rate yang kita minta itu lebih tinggi. Otomatis harga sahamnya tambah turun. FCA juga nggak kelihatan bid offer,” ujarnya dalam Special Dialog iNews TV, dikutip Kamis (13/6/2024).
Dengan kondisi seperti ini, para investor berharap agar BEI dapat terbuka dan transparan. Komunikasi dan evaluasi yang transparan menjadi suatu hal yang esensial agar dapat kembali menstabilkan pasar saham, serta memulihkan kepercayaan para investor.
“Bursa tuh harus transparan. Kalau nggak ada transparansi lagi-lagi risikonya naik. Banyak regulasi yang mereduce transparansi Bursa Efek Indonesia. Satu, kode broker dihilangin. Dua, flow asing dihilangin. Ketiga, FCA bid offer nggak kelihatan,” jelas Kartika.
Kondisi tersebut dinilai memiliki risiko yang cukup tinggi yang juga turut diikuti dengan required ratenya yang kian menaik membuat para investor semakin bergejolak dengan penerapan kebijakan terbaru ini.
(Taufik Fajar)