SUMBA - Bank Indonesia (BI) meyakini nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pasti menguat. Terlihat dari banyak faktor, di antaranya pergerakan perekonomian global.
Kepala Grup Departemen Pengelolaan Moneter & Aset Sekuritas (DPMA) BI, Ramdan Denny Prakoso mengatakan, ke depan ini suku bunga negara-negara maju akan turun. Pasalnya, perbincangan tahun ini, kapan suku bunga seperti Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) turun.
"EURO sudah turun satu kali. Nah periode ini kita akan banyak melihat sentimen karena suku bunga AS itu sudah sampai pada pick nya (5,25%-5,50%," ujarnya, di Kambaniru Hotel, Sumba, NTT, Senin (22/7/2024).
Denny mengatakan, banyak pihak juga meyakini level suku bunga The Fed akan segera turun. Prediksinya tentu bisa dilakukan pada pertemuan September atau akhir tahun ini.
"Dengan bacaan seperti ini saya melihat potensi Rupiah untuk menguat sangat terbuka. Kita tidak bicara pada level berapa karena sulit. Tapi potensi menguat sangat terbuka," ujarnya.
Di sisi lain tentu fundamental ekonomi Indonesia sangat kuat. Bahkan terjadi saat pandemi Covid-19.
Oleh karena itu, kebijakan Bank Indonesia dalam memutuskan kenaikan suku bunga kala itu tidak terlalu tinggi seperti negara lain. Sebelum Covid, BI rate sebesar 3,5% dan naik hingga 6,25%.
"Tapi lihat Fed Fund Rate itu 0,25%. Kemudian karena Covid, tekanan inflasi harus naikan suku bunga 5,25% sampai sekarang. Dari 0,25% ke 5,25%. BI akhir 2019 itu 3,5% atau 3,75%. Sekarang 6,25%. Persentase naiknya kalau Amerika itu naik 2.000%," ujarnya.