JAKARTA - Pelaku UMKM batik Indonesia go global. UMKM masih menjadi penggerak ekonomi nasional dan salah satu pilar terpenting dalam perekonomian Indonesia.
Sektor UMKM memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 61%, atau senilai dengan Rp9.580 triliun, bahkan kontribusi UMKM terhadap penyerapan tenaga kerja mencapai sebesar 97% dari total tenaga kerja.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, Indonesia memiliki 65,5 juta UMKM yang jumlahnya mencapai 99% dari keseluruhan unit usaha.
"Karena sektor UKM selama ini menjadi tulang punggung bagi perekonomian," ungkap Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki.
Salah satu pelaku UMKM yang sudah go global adalah Mira Joe melalui bisnis Batik Murni Asih yang dibangunnya dari nol sejak 2012 mampu berkembang pesat.
Bermula menjadi karyawan di toko batik di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, pecinta batik ini mengembangkan usahanya sendiri. Mira, panggilannya, bahkan telah go international dan memiliki outlet di Malaysia.
Pencapaiannya itu bermula ketika dia bergabung dalam UMKM mitra binaan Pertamina sejak tahun 2020, sebelum pandemi Covid-19 melanda. Mira mengaku mendapatkan berbagai manfaat setelah menjadi mitra binaan PT Pertamina (Persero). Misalnya, berlatih mengelola bisnis dan mengikuti berbagai event dan pameran.
Usai mendapat modal, dirinya menaikkan produksi batik Murni Asih. Pinjaman bunga yang kecil membuat Mira mampu menjaga cash flow usahanya. Bisnis Mira semakin berkembang setelah ia mengikuti pelatihan pemasaran online.
"Saya diberi kesempatan mengikuti Pertamina UMK Academy 2023 dan mengikuti kelas Go Online,” kata Mira. Dia jadi lebih memahami seluk-beluk media sosial dan cara berjualan di sana. Termasuk, mempersiapkan berbagai materi yang cocok dan strategi berjualan di marketplace.
Kini Mira sudah memiliki pabrik garmen sendiri, punya sejumlah toko batik yang berlokasi di Thamrin City, Aceh, hingga outlet di Malaysia. Jumlah pekerjanya pun terus bertambah hingga puluhan orang.
Tak hanya memproduksi baju batik, rumah produksi Mira juga membuat beragam kemeja pria, blazer, pakaian anak-anak, dan lain sebagainya.
Konsumen Mira pun berasal dari berbagai kota di Indonesia. Banyak yang tertarik setelah melihat Instagram yang dikelolanya. Belakangan, konsumen dari negara lain pun ikut memesan produk Mira.
“Dari negara-negara Asia seperti Myanmar,” ujarnya.
Tak hanya mengejar laba, Mira memulai bisnisnya sambil berupaya menaikkan popularitas batik Sragen. Ia merasa banyak orang belum mengenal motif batik Sragen yang cenderung abstrak dan kaya warna. Fokus pertamanya adalah menjual batik produksi para pengrajin di berbagai desa.
Saat itu, Mira melihat banyak pengrajin batik merugi. Mereka kesulitan menjual produknya. Ditambah lagi, ada saja sales nakal yang gagal bayar. “Saat itu niat saya hanya ingin membantu para pengrajin batik supaya mereka bisa mendapatkan uang," ujarnya.
Inovasi dan kreasi itu membuat Mira mendapatkan apresiasi dari presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono. SBY, panggilan Yudhoyono, pernah mengenakan batik tulis Sragen miliknya bermotif parang, motif pakem gambar batik burung merak, dan cendrawasih. Putra SBY, Agus Harimurti Yudhoyono, pun pernah memakai batik biru bermotif burung dari Mira.
VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menyampaikan UMK Academy sejalan dengan komitmen perseroan dalam mengimplementasikan semangat Sustainable Development Goals (SDGs) yakni pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan serta tenaga kerja penuh dan produktif pada Goal 8 SDGs, yang diwujudkan melalui program pendanaan dan pembinaan UMK.
"UMK Academy membantu UMKM di Indonesia lebih maju, berkualitas, melek digital yang bisa membuka jalan ke pasar global. Terbukti dari kepesertaan para UMK di tahun sebelumnya. Mereka menjadi lebih produktif, inovatif dan berkembang," ujar dia.
(Dani Jumadil Akhir)