Beijing mengkritik RUU tersebut, yang masih harus disahkan Senat. Namun, RUU tersebut menghadirkan potensi hambatan lain bagi hubungan AS-Tiongkok, yang sudah tegang oleh pengenaan tarif perdagangan baru yang tinggi baru-baru ini pada industri-industri Tiongkok tertentu. Sentimen terhadap Tiongkok juga terguncang oleh Trump yang mengulangi rencana untuk mengenakan tarif perdagangan yang lebih tinggi terhadap negara tersebut.
Dari sentimen domestik, pembatasan pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang akan diberlakukan pada 1 Oktober 2024 membuat masyarakat kembali gusar apalagi bersamaan dengan kondisi ekonomi kelas menengah yang terus menurun, sehingga akan menjadi beban tersendiri bagi pemerintahan Joko Widodo.
Adapun yang membuat pasar kecewa, Informasi ini muncul dari Bahlil Lahadalia selaku Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), yang membenarkan bahwa pembatasan kriteria penerima BBM subsidi Pertalite dan Solar rencananya bakal diterapkan mulai 1 Oktober 2024 dan saat ini aturan terkait kriteria pengguna yang berhak membeli kedua jenis BBM tersebut masih dibahas oleh pemerintah.
Pembatasan BBM bersubsidi yang akan diterapkan per 1 Oktober 2024 dibantah oleh Kepala Kantor Komunikasi Presiden (Presidential Communication Office/PCO) yang memastikan pemerintah masih dalam tahap kajian terkait dengan pembatasan pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.
Hingga saat ini belum ada keputusan terkait penerapan aturan pembatasan pembelian BBM subsidi seperti pertalite dan solar dan sampai saat ini pemerintah belum melaksanakan rapat lebih lanjut yang akan membahas mengenai wacana pembatasan kriteria penerima BBM bersubsidi Pertalite dan Solar rencananya bakal diterapkan mulai 1 Oktober 2024 itu.
Meskipun terdapat rencana untuk melaksanakan Sidang Kabinet Paripurna kedua di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara pada Jumat (13/9/2024) mendatang, tetapi belum ada tema yang akan ditetapkan untuk dibahas di meja pemerintah antara Jokowi dan jajaran menterinya.
Berdasarkan data diatas, mata uang rupiah untuk perdagangan berikutnya diprediksi bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup menguat di rentang Rp15.340 - Rp15.450 per dolar AS.
(Taufik Fajar)