Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Tarif KRL Pakai NIK, Kelas Menengah Kian Terjepit

Gibran Khayirah Tavip , Jurnalis-Sabtu, 14 September 2024 |16:25 WIB
Tarif KRL Pakai NIK, Kelas Menengah Kian Terjepit
Tarif KRL Berbasis NIK. (Foto: Okezone.com/KCI)
A
A
A

JAKARTA - Rencana penerapan tiket KRL berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) untuk memastikan subsidi Public Service Obligation (PSO) lebih tepat sasaran memiliki dampak signifikan utamanya bagi masyarakat kelas menengah yang semakin terjepit.

Kebijakan ini akan membatasi subsidi tiket KRL, berbeda dengan sistem yang berlaku saat ini. Meskipun masih dalam tahap pembahasan, pemerintah terlihat serius untuk melanjutkan kebijakan tersebut, namun mekanisme pelaksanaannya masih belum jelas.

Perbandingan subsidi KRL dengan subsidi lainnya berdasarkan laporan Tahunan Commuter Line 2022. Subsidi PSO untuk KRL hanya mencapai Rp1,4 triliun, jauh lebih kecil dibandingkan dengan subsidi BBM dan LPG (Rp115 triliun), listrik (Rp56,1 triliun), dan pupuk (Rp25,3 triliun).

Bahkan, proporsi subsidi KRL terhadap total belanja pemerintah pusat terus menurun, menunjukkan bahwa beban subsidi untuk KRL semakin mengecil.

Pengguna KRL yang tidak memenuhi kriteria penerima subsidi nantinya harus membayar tarif yang lebih tinggi. Kenaikan biaya transportasi ini akan mempengaruhi kesejahteraan mereka, khususnya dalam alokasi belanja kebutuhan lainnya.

Meski skema tarif baru belum diumumkan secara resmi, besar kemungkinan subsidi hanya akan diberikan kepada pengguna yang NIK-nya terdaftar sebagai penerima subsidi. Akibatnya, pengguna KRL dari kalangan berpenghasilan menengah diprediksi akan terdampak paling besar oleh kenaikan tarif ini.

Dampak terhadap Kelas Menengah Menurut Survei Komuter Jabodetabek 2023, sebanyak 53,7% pengguna KRL memiliki pendapatan bulanan antara Rp2-5 juta. Jika kebijakan tiket berbasis NIK ini diterapkan, kelas menengah yang mendominasi pengguna KRL bisa menghadapi tekanan lebih besar akibat kenaikan tarif. Demikian dikutip dari Instagram LPEM FEB UI, Sabtu (14/9/2024).

Selama periode 2018-2023, kelas menengah sudah mengalami penurunan proporsi di perekonomian Indonesia, dan kebijakan ini berpotensi menambah beban mereka (LPEM FEB UI, 2024).

Kenaikan Tarif Bukan Satu-satunya Solusi Peningkatan profitabilitas KRL tidak harus dilakukan melalui kenaikan tarif. Berbagai studi menunjukkan bahwa peningkatan jumlah penumpang bisa menjadi kunci untuk memperkuat keberlanjutan finansial KRL.

Studi dari Gligic et al (2023) di Uni Eropa menemukan bahwa semakin banyak penumpang, semakin tinggi potensi laba bersih perusahaan kereta api. Feigenbaum (2013) juga menekankan pentingnya pertumbuhan jumlah penumpang sebagai faktor kunci keberhasilan investasi di sektor transportasi kereta api.

Oleh karena itu, KAI Commuter perlu mempertimbangkan strategi untuk meningkatkan jumlah penumpang daripada hanya mengandalkan kenaikan tarif guna mencapai keberlanjutan finansial.

(Feby Novalius)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement