Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Dulu Eksportir 1 Juta Barel, Kini RI Bakar Duit Rp500 Triliun per Tahun demi Impor Minyak

Dani Jumadil Akhir , Jurnalis-Selasa, 15 Oktober 2024 |09:00 WIB
Dulu Eksportir 1 Juta Barel, Kini RI Bakar Duit Rp500 Triliun per Tahun demi Impor Minyak
Bahlil Ungkap RI Bakar Duit Rp500 Triliun demi Impor Minyak (Foto: Aldhi Chandra/MPI)
A
A
A

Bahlil juga mengatakan bahwa pemerintah saat ini maupun Presiden Terpilih Prabowo Subianto juga mendorong adanya peralihan penggunaan bahan bakar kendaraan dari fosil ke energi baru terbarukan. Hal itu, diimplementasikan melalui penggunaan kendaraan listrik

"Kalau ini mampu kita lakukan, kemudian kita geser sebagian untuk menuju kepada energi baru terbarukan dengan mengoptimalkan mobil-mobil listrik dan motor listrik, ini adalah bagian dari kedaulatan energi, jika ini kita mampu lakukan insya Allah clear," ujarnya lagi.

Sebelumnya, Bahlil menyoroti biaya impor energi yang cukup besar mencapai Rp500 triliun per tahun. Hal itu terjadi akibat kinerja sektor minyak dan gas bumi yang terus merosot, yang juga berdampak pada nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

"Lifting kita turun, itu kita tekor terus, setiap tahun kita itu menghabiskan devisa kita Rp500 triliun, makanya nilai tukar dolar AS kita terhadap rupiah agak sedikit, maju-mundur, maju-mundur. Bayangkan salah satu sumber kebutuhan terbesar itu adalah untuk membeli energi," kata Bahlil dilansir Antara.

Bahlil mengungkapkan bahwa pada tahun 1996 dan 1997, Indonesia mampu memproduksi 1.000.600 barel minyak per hari, yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan negara, karena mampu mengekspor hingga 1 juta barel. Namun, pasca-reformasi, produksi minyak terus mengalami penurunan.

Saat ini, produksi minyak nasional tinggal 600.000 barel per hari, sementara konsumsi mencapai 1.000.600 barel per hari. Hal ini menyebabkan Indonesia harus mengimpor sekitar 900 ribu hingga 1 juta barel minyak per hari.

Bahlil menekankan bahwa perubahan yang terjadi dari ekspor menjadi impor dengan jumlah yang sama merupakan masalah serius yang harus diatasi.

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement