Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Dulu Eksportir 1 Juta Barel, Kini RI Bakar Duit Rp500 Triliun per Tahun demi Impor Minyak

Dani Jumadil Akhir , Jurnalis-Selasa, 15 Oktober 2024 |09:00 WIB
Dulu Eksportir 1 Juta Barel, Kini RI Bakar Duit Rp500 Triliun per Tahun demi Impor Minyak
Bahlil Ungkap RI Bakar Duit Rp500 Triliun demi Impor Minyak (Foto: Aldhi Chandra/MPI)
A
A
A

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia bercerita bahwa Indonesia dulunya merupakan eksportir minyak, namun kini menjadi importir dengan memakan biaya sekira Rp500 triliun per tahun.

Bahlil mengatakan karena lifting atau produksi terangkut minyak mentah di Indonesia terus merosot, Indonesia harus menghabiskan devisa senilai Rp500 triliun per tahun hanya untuk mengimpor minyak mentah dari luar negeri.

"Jadi, bagaimana caranya untuk kita menuju kepada kedaulatan energi? Menekan lifting dengan tiga pola," kata Bahlil dalam kegiatan Repnas National Conference & Awarding Night, di Jakarta, Senin 14 Oktober 2024.

Bahlil mengungkapkan upaya yang dilakukan untuk menekan biaya impor energi sebesar Rp500 triliun per tahun, di antaranya dengan mengoptimalkan sumur-sumur minyak yang ada. Dia menerangkan, pola pertama yang dapat dilakukan untuk meningkatkan lifting minyak, pertama sumur-sumur minyak yang menganggur (idle) harus diaktifkan kembali.

Kementerian ESDM mencatat, terdapat sekitar 44.900 sumur minyak di Indonesia, dengan 16.600 di antaranya dalam kondisi idle. Dari jumlah tersebut, sekitar 5.000 sumur dapat dioptimalkan untuk meningkatkan produksi minyak nasional.

Kemudian, langkah langkah kedua yakni, sumur yang berjalan atau aktif harus diintervensi dengan teknologi agar meningkatkan kapasitas.

Selanjutnya, upaya ketiga yang berikut harus dilakukan adalah bagaimana mempercepat eksplorasi.

"Memang kita harus melakukan apa yang disebut dengan eksplorasi. Nah eksplorasi ini sudah banyak di wilayah-wilayah Timur, dan ini cost-nya tinggi sekali dan butuh waktu cepat," kata Bahlil.

Untuk mendukung hal itu, Bahlil mengaku bahwa pihaknya akan segera memangkas berbagai regulasi yang menghambat proses akselerasi dari pada eksplorasi. Hal itu dilakukan untuk menarik investor.

"Dari 320 izin sekarang tinggal 140 izin, kita akan pangkas lagi, kita akan perpendek dengan waktu yang tepat, supaya apa? Investor bisa masuk Kalau tidak ada tawaran yang lebih kompetitif dibandingkan dengan negara-negara yang lain, bagaimana investor bisa masuk," ujarnya.

 

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement