2. Terkonsentrasi di Pulau Jawa
Pinjaman ini terkonsentrasi di Pulau Jawa dengan%tase 80% dari total jumlah penduduk Indonesia. Menurut Farras, banyak pengguna pinjaman online masih buta finansial dengan tidak memahami cara kerja kredit dan bunga.
“Pengguna hanya fokus pada jumlah yang mereka pikirkan mereka terima tanpa memahami tanggung jawab dan risiko pinjaman mereka,” kata Farras.
Hal tersebut juga diakui oleh Asosiasi Fintech Indonesia dimana perlu adanya literasi keuangan.
3. Belum Adanya Lonjakan Pendanaan
Per Oktober 2024, outstanding pembiayaan tumbuh 29,23% year on year dari sebelumnya 33,73% di September, dengan nominal sebesar Rp75,02 triliun. Tingkat risiko kredit macet secara agregat (TWP90) dalam kondisi terjaga stabil di posisi 2,37%.
Untuk pembiayaan Buy Now Pay Later (BNPL) oleh perusahaan pembiayaan, pertumbuhan pembiayaan meningkat sebesar 63,89% year on year dari 103,40% di September atau menjadi Rp8,41 triliun dengan NPF gross sebesar 2,76%.
Agusman melanjutkan, piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan tumbuh sebesar 8,37% year on year pada Oktober 2024, menjadi Rp501,89 triliun, didukung pembiayaan investasi yang meningkat sebesar 8,19% year on year.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)