Ada juga yang bekerja sama dengan pelaku logistik dan pelayaran seperti kontenerisasi komoditas dan pembukaan sejumlah rute pelayaran baru. Rencana strategis tersebut satu per satu sudah terlaksana, seperti MNP yang saat ini sudah beroperasi, kerja sama dengan mitra strategis INA-DP World untuk mengoperasikan Belawan New Container Terminal (BNCT), juga ada sedikitnya 32 rute pelayaran peti kemas baru sepanjang 2022 hingga 2024.
“Dengan beberapa upaya yang kami lakukan, tumbuh optimisme pada 2029 nanti arus peti kemas yang dikelola oleh PT Pelindo Terminal Petikemas bisa mencapai 15,7 Juta TEUs,” tuturnya.
Direktur The National Maritime Institute (Namarin) Siswanto Rusdi mendukung upaya kontainerisasi muatan yang dilakukan oleh PT Pelindo Terminal Petikemas. Ia menilai perlu melakukan pembenahan di sejumlah pelabuhan, khususnya di wilayah timur Indonesia. Untuk hal tersebut, sudah terlihat dari sejumlah transformasi yang dilakukan di beberapa terminal peti kemas seperti di Makassar, Sorong, Jayapura, Ambon, dan Bitung.
Di sisi lain, upaya untuk meningkatkan arus peti kemas luar negeri dapat dilakukan dengan penyediaan terminal yang berfungsi sebagai transhipment hub. Namun demikian, Siswanto menilai perlu dilakukan kajian yang menyeluruh bersama semua pihak termasuk pemerintah.
Keberadaan ekosistem yang kuat mulai dari kemudahan bunker, lokasi berlabuh, sistem keuangan dan pembayaran, pemanduan dan penundaan kapal, dan hal lainnya sangat dibutuhkan dalam mewujudkan transhipment hub internasional yang diimpikan. “Sudah saatnya Pelindo memperluas portofolio pengelolaan terminal peti kemas untuk menunjukkan bahwa Indonesia mampu, kalau di dalam negeri Pelindo menguasai pangsa pasar, akan lebih baik jika bisa memperluas di level internasional minimal Asia Tenggara,” kata Siswanto.